Dalam rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Minggu (31/5), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau para perokok untuk tidak mengisap rokok atau produk tembakau lainnya selama 24 jam.
Salah satu cara untuk membantu perokok keluar dari kecanduan ini tidak melibatkan pil atau plester nikotin, melainkan uang.
Merokok, penyebab kematian pertama yang dapat dicegah, adalah masalah kesehatan dunia, dengan sekitar 80 persen perokok berada di negara-negara berkembang.
Jika keadaan ini berlanjut, para pakar mengatakan hampir 1 milyar orang setahun akan meninggal karena berbagai penyebab terkait rokok pada tahun 2030.
Ada beragam strategi untuk membantu orang berhenti merokok. Ini termasuk pendidikan dan obat-obatan yang mengurangi keinginan untuk merokok, dari obat-obatan sampai plester nikotin. Kini mungkin ada sesuatu yang lebih efektif, yaitu membayar orang untuk meninggalkan kebiasaan itu.
Sebuah studi mendapati program-program insentif keuangan lima kali lebih efektif daripada alat-alat gratis yang membantu berhenti merokok. Temuan itu dimuat pada 28 Mei dalam The New England Journal of Medicine.
Yang paling efektif dari program-program ini memusatkan perhatian pada tendensi manusia ke sesuatu hal yang disebut pengalihan risiko. Menurut peneliti utamanya Scott Halpern, membuat orang-orang berisiko kehilangan uang mereka sendiri apabila tidak berhenti merokok lebih efektif daripada memberikan hadiah uang tunai apabila mereka berhenti.
“Kita tentunya tidak mau kehilangan uang. Dan itu menjelaskan mengapa hanya sedikit orang yang bersedia menaruh deposit sebesar US$150, dan bagi mereka yang bersedia, hasilnya jauh lebih efektif daripada strategi lain yang pernah dicoba sebelumnya," ujarnya.
Dalam sebuah studi program insentif moneter yang melibatkan para perokok di sebuah perusahaan penjual obat-obatan AS, para karyawan yang menaruh uang sendiri sebesar $150, akan mendapatkannya kembali dengan tambahan $650 apabila mereka berhenti, dua kali lebih berhasil berhenti daripada mereka yang diberikan $800 setelah mereka meninggalkan kebiasaan itu.
Halpern, seorang pengamat kebijakan kesehatan pada Universitas Pennsylvania, mengatakan biaya yang dihabiskan untuk program-program berhenti merokok jumlahnya cukup besar.
“Majikan menghabiskan antara $3.000 sampai $6.000 per tahun untuk mempekerjakan seorang perokok, jauh lebih mahal daripada mempekerjakan seorang yang tidak merokok. Itu mencakup biaya kesehatan yang lebih besar, berkurangnya produktivitas kerja, tingkat absen lebih besar, dan semacam itu," ujarnya.
Halpern mengatakan hal itu juga berlaku pada negara-negara yang menghabiskan lebih banyak biaya bagi para perokok.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR