Satelit telah mengumpulkan data pada lapisan es Greenland sejak tahun 1981. Namun, sejak pertengahan tahun 90-an, para ilmuwan memperhatikan lembaran data menjadi semakin gelap.
Satelit telah mengukur "Albedo" dari lapisan es Greenland, pada dasarnya berapa banyak sinar matahari dipantulkan kembali dari permukaan terhadap ruang angkasa. Proses ini tidak dapat dilihat dengan mata manusia, namun tingkat albedo terdeteksi melalui instrumen satelit. Para peneliti dari Earth Institute Columbia telah mengumpulkan dan menganalisis data dalam penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal The Cryosphere.
(Baca : Lapisan Es Greenland Mencair Pengaruhi Sirkulasi Laut Global)
Temuan mereka menyatakan bahwa jika tren gelap ini akan berlanjut, bagian dari lembaran data akan 10 persen lebih reflektif pada akhir abad ke-21 daripada sekarang.
Jadi apa sebenarnya yang terjadi?
Penelitian mengatakan jelaga dari kebakaran hutan di Cina, Siberia, dan Amerika Utara, tidak diragukan lagi ikut berkontribusi dalam hal ini, jelaga tersebut masuk ke dalam es. Namun, menggunakan Global Fire Emission Database, mereka menemukan tidak ada peningkatan jumlah kebakaran hutan dari pertengahan tahun 1990-an. Mengarahkan pada perkiraan baru bahwa ada pelaku lain yang bermain.
Mereka menemukan bahwa penyebab nyata untuk perubahan itu, tak lain dan tak bukan adalah kenaikan suhu. Dari tahun 1996 dan seterusnya, es mulai menyerap sekitar 2 persen lebih banyak radiasi matahari per dekade. Hal ini sejalan dengan temuan, bahwa suhu dekat permukaan di Greenland telah meningkat 0,74 ° C per dekade.
Masalah sebenarnya kegelapan ini adalah terciptanya lingkaran setan. Seperti yang Anda tahu, jika Anda menyentuh kap mobil hitam pada hari yang panas, warna gelap kurang reflektif sehingga menyerap lebih banyak cahaya dan, panas. Semakin gelap yang didapatkan es, semakin rentan es mencair, sehingga jika kegelapan terus berlanjut, dan siklus akan terjadi terus menerus.
(Baca pula :Penyebab Keringnya Danau Es di Greenland Terungkap)
"Ini sistem yang kompleks dari interaksi antara atmosfer dan permukaan es. Meningkatnya suhu menyebabkan es lebih mencair, dan pencairan mengurangi albedo, yang pada gilirannya meningkatkan mencair," ungkap penulis utama makalah, Profesor Marco Tedesco, dari Columbia University Lamont- Doherty Earth Observatory dan NASA, dalam sebuah pernyataan.
"Jika pemanasan berlanjut, umpan balik dari penurunan Albedo akan bertambah. Ini adalah kereta yang menuruni bukit, dan bukit semakin curam," pungkas Tedesco.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR