Akibat populasinya yang terus menurun selama beberapa dekade terakhir, International Union for Conservation Nature (IUCN) menaikan status Orangutan Borneo dari Terancam Punah (Endangered) menjadi Kritis (Critically Endangered) dalam daftar spesies terancam punah minggu lalu. Peningkatan status ini juga didasari oleh pertimbangan atas maraknya perburuan Orangutan Borneo di Indonesia dan Malaysia serta habitat mereka yang kian terdegradasi dan hilang.
Orangutan Borneo (Pongo pygmeaus) memiliki tiga sub-spesies, yakni Pongo pygmeaus pygmeaus di Sarawak dan Kalimantan Barat; Pongo pygmeaus wurmbii di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah; serta Pongo pygmeaus morio di Sabah, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
(Baca juga: Dua Foto Orangutan yang Menggugah Dunia)
Di Kalimantan, orangutan kebanyakan hidup di luar kawasan yang dilindungi, seperti wilayah industri kayu, perkebunan dan pertambangan. Konsesi tambang dan perkebunan serta prakteknya yang belum berkelanjutan, menyebabkan habitat orangutan menjadi terfragmentasi. Selain itu, kebakaran hutan dalam beberapa tahun terakhir juga berkontribusi terhadap menurunnya tutupan hutan yang menjadi habitat orangutan. Habitat yang kian sempit membuat orangutan semakin terancam oleh perburuan ilegal dan konflik sosial dengan manusia.
“Ini merupakan pengingat bagi kita bahwa perlindungan dan restorasi habitat Orangutan Borneo merupakan suatu keharusan, Juga harus dipastikan konektivitas antar habitat orangutan sehingga dapat menjamin keberlanjutan setiap populasi yang ada,” ujar Direktur Konservasi WWF-Indonesia, Arnold Sitompul dalam siaran pers, Kamis (14/7).
(Baca juga: Kisah Orangutan di Hulu Kapuas)
Untuk menjaga stabilitas populasi dan kelestarian Orangutan Borneo, perlu diperkuat upaya memperluas kawasan yang dilindungi dan menjamin pengelolaan yang lestari bagi habitat mereka. “Program konservasi kami menunjukkan populasi orangutan dapat dipertahankan di area konsesi penebangan jika dikelola dengan cara yang berkelanjutan. Pendekatan ini seharusnya diterapkan dalam lansekap yang lebih besar sehingga meningkatkan potensi dan kesempatan kita untuk menyelamatkan spesies ini dari kepunahan," tambah Arnold.
Upaya konservasi WWF di Indonesia dan Malaysia selama ini menunjukkan bahwa usaha untuk menjaga keberlangsungan populasi Orangutan Borneo dapat dicapai melalui kemitraan yang kuat antara pemerintah, lembaga konservasi, peneliti dan sektor bisnis.
(Baca juga: Orangutan Malang, Orangutan Berpulang)!break!
Kemajuan yang signifikan dapat dilihat di beberapa kawasan yang dilindungi dan kawasan pengelolaan hutan seperti dalam kawasan konservasi Danum Valley-Imbak Canyon-Maliau Basin, Suaka Margasatwa Tabin, Taman Nasional (TN) Batang Ai, Suaka Margasatwa Lanjak Entimau dan TN Ulu Sebuyau-Sedilu-Gunung Lesong di Sabah dan Sarawak, Malaysia. Sementara di Kalimantan juga dilakukan di TN Danau Sentarum, TN Betung Kerihun dan TN Sebangau.
Sementara kawasan pengelolaan hutan lainnya didorong untuk mengintegrasikan konservasi spesies termasuk orangutan sebagai bagian dalam langkah untuk mencapai standar atau sertifikasi seperti Forest Stewardship Council (FSC).
(Baca juga: Orangutan Berbagi Kisah dengan Gadis Tunarungu)
Sedangkan Direktur Eksekutif dan CEO WWF-Malaysia, Dato’ Dionysius Sharma berpendapat bahwa strategi konservasi orangutan harus meliputi pemantauan populasi orangutan dan advokasi. Tujuannya agar semakin banyak habitat orangutan ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi seperti di Sabah.
“Kami bekerja sama dengan Departemen Kehutanan Sabah merestorasi habitat orangutan yang terdegradasi, seperti Kawasan Lindung Bukit Piton yang diberi status dilindung sejak tahun 2012 sebagai bagian dari kegiatan penelitian dan advokasi WWF Malaysia,” ungkap Sharma.
Semenjak restorasi dilakukan pada tahun 2008, WWF Malaysia telah merestorasi 2.099 hektar habitat orangutan di Bukit Piton. Berdasarkan pengamatan, diketahui bahwa orangutan telah memanfaatkan pohon-pohon tersebut tiga tahun setelah ditanam. Selain Bukit Piton, dua habitat orangutan lainnya juga telah dinyatakan sebagai kawasan yang dilindungi oleh Departemen Kehutanan Sabah yaitu Northern Gunung Rara pada tahun 2014 dan Trusan Sugut pada tahun 2015.
(Baca juga: Panut Hadisiswoyo, Berjuang Demi Orangutan dan Hutan Sumatera)
Orangutan memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan ekosistem hutan. Mamalia arboreal terbesar ini makan banyak buah-buahan berbiji dan menyebarkan benih. Dengan demikian, mereka benar-benar membantu regenerasi pohon di hutan. Ketika mereka berpindah dari satu pohon ke pohon lain, pergerakan mereka membuat sinar matahari bisa mencapai tanah hutan sehingga membantu pepohonan kecil lain yang membutuhkan sinar matahari.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR