Pemerintah Brasilia menetapkan Wilayah Adat Yanomami dalam beberapa bulan sebelum KTT Bumi yang diselenggarakan di Rio de Janeiro pada 1992. Pada saat itu, militer melancarkan upaya besar, didukung oleh pesawat dan kapal cepat, untuk membersihkan wilayah tersebut dari penambang liar. Tapi sedikit demi sedikit, para penambang telah merayap kembali, sering dengan kerjasama diam-diam antara bos politisi lokal dan pengusaha.
“Ketika mereka mengusir para penambang emas, mereka tidak menangani akar masalah, yaitu para politisi lokal dan beberapa pemimpin bisnis,” kata Fiona Watson, aktivis untuk kelompok hak asasi bernama Survival International. Organisasi tersebut telah memelopori upaya internasional untuk melindungi suku terasing terakhir Amazon.
“Suku terasing seperti yang ada di foto itu sangat rentan. Fakta bahwa mereka begitu dekat operasi tambang emas menempatkan mereka pada risiko yang sangat besar. Ini adalah tugas konstitusional pemerintah Brasilia untuk melindungi mereka,” ujarnya.
Selain ancaman kekerasan dan penularan penyakit, operasi penambangan emas juga mengkontaminasi air di kawasan murni dengan merkuri. Biasa digunakan untuk memisahkan emas dari endapan, bahan kimia beracun ini bisa terakumulasi dalam tubuh ikan, yang pada gilirannya akan menyebabkan masalah kesehatan serius pada penduduk di bantaran sungai. Sebab, ikan sungai merupakan sumber protein utama mereka.
“Pemerintah Brasilia, FUNAI, Kepolisian Federal dan tentara Brasilia harus mengusir para penambang dari tanah Yanomami yang dilindungi secara hukum dengan segera,” kata Kopenaw.
“Dunia luar harus mendesak pemerintah Brasilia untuk melindungi Yanomami dan mengusir para penambang emas. Itulah yang kami—orang-orang Yanomami—inginkan,” pungkasnya.
Membedah Target Ambisius Mozambik Memaksimalkan Potensi 'Blue Carbon' Pesisirnya
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR