Penelitian kedua di Psychological Reports, oleh Marc Wittmann dan Sandra Lehnhoff dari Ludwig-Maximilian University, Munich, Jerman, memutuskan untuk membuat survei kepada 499 orang berusia 14 hingga 94. Pertanyaan di dalamnya berisi seperti "seberapa cepat minggu (bulan, tahun, dekade) lalu berlalu bagi Anda?" dan, "Seberapa cepat biasanya waktu berlalu buat Anda?"
Hasilnya, tidak ada perbedaan yang begitu signifikan antara jawaban yang berusia tua dan muda tentang waktu.
Janssens terlibat dalam penelitian yang dipimpin William Friedman, psikolog Oberlin College, Amerika Serikat. Mereka mencoba memecahkan masalah yang tidak tidak pernah ditemukan para peneliti lain sebelumnya itu, lewat makalah Acta Psychologica (Juni 2020).
"Kami dapat menyimpulkan bahwa ketika orang dewasa melaporkan kesan umum mereka tentang kecepatan waktu, perbedaan usianya sangat kecil," tulis mereka. Mereka dalam makalah itu mengadakan penelitian terpisah dengan metode yang sama, dan disatukan.
Ketika kita merenung kembali soal kehidupan kita sendiri, kita akan merasa tahun-tahun awal memang berlalu sangat lambat dan tahun-tahun berikutnya berlalu begitu cepat. Memang, ini menjadi sumber keyakinan kita kalau waktu berjalan lebih cepat seiring bertambahnya usia.
Tapi estimasi dan kesadaran waktu kita tidak berubah, karena adanya bias oleh kebiaksanan konvensional yang salah. Sehingga orang menceritakan tahun-tahun berikutnya melaju lebih cepat. Karena itulah yang dikatakan oleh pengetahuan kita sehari-hari yang seharusnya terjadi, terangnya.
Baca Juga: Mental Kognitif Menjadi Lebih Baik Pada Wanita 50 Tahun yang Menyusui
"Kebanyakan orang merasa bahwa saat ini berlalu lebih cepat bagi mereka daripada di masa lalu," lanjut Janssen. "Mereka telah lupa bagaimana mereka mengalami perjalanan waktu ketika mereka masih muda."
Dalam makalah itu, Friedman dan Janssen menguraikan tiga hipotesis, alasan ingatan dapat menipu kita untuk meyakini bahwa waktu bergerak semakin cepat.
Pertama, pengalaman yang lebih baru lebih gampang diingat dengan jelas, dan seiring bertambahnya usia, jumlahnya semakin sedikit.
Baca Juga: Selandia Baru Akan Tetapkan Larangan Merokok untuk Semua Orang Dewasa
"Manusia mengukur besarnya interval waktu di masa lalu ... sesuai dengan berapa banyak peristiwa yang dapat diingat dari periode itu," tulis mereka. Kita menjadikan peristiwa penting sebagai patokan untuk mengukur berlalunya waktu.
Semakin sedikit kejadian yang jadi patokan, berarti semakin cepat waktu berlalu. Alasan mengapa mengenang masa kanak-kanak lebih lambat, ada banyak momen besar yang tak terlupakan di ingatan seperti belajar membaca, belajar mengendarai sepeda, atau mendapatkan teman pertama kalinya.
Sebaliknya saat semakin dewasa, ada sedikit yang menjadi tonggak ingatan yang jarak satu sama lain sangat jauh, hingga waktu yang diingat terasa cepat.
Ibaratnya, buku kartun yang halamannya dibuka cepat dengan ibu jari, bisa bergerak secara lamban. Tapi ketika menyentuh halaman terakhir, ketika halaman-halaman itu sulit dibuka, ia akan bergerak atau berpindah cepat ke gambar lainnya dengan patahan gerakan yang nyata.
Kedua, semakin tua usia kita, semakin dipenuhi kesibukan yang mengganggu kita. Kesibukan atau gangguan ini mengelabui ingatan kita untuk bisa merasakan, sehingga waktu yang ada dewasa ini terasa berjalan lebih cepat.
"Tugas yang menuntut sumber daya perhatian yang cukup besar dianggap lebih singkat daripada tugas yang tidak menuntut," tulis Friedman dan Janssen. Kesibukan itu meningkat seiring kita bertambah tua, seperti perkara karier atau rumah tangga.
Pengelabuan akibat kesibukan inilah yang bisa jadi membuat kita, orang dewasa, merasa tidak punya cukup waktu untuk melakukan sesuatu, terang mereka. Sebab otak kita sudah menafsirkan waktu semakin cepat. Itu sebabnya, Anda berpikir bahwa tenggat waktu (deadline) yang diberikan atasan sejak awal, rasanya datang lebih cepat dari yang kita inginkan.
Ketiga, Peristiwa yang sangat berkesan berbeda dari yang terlihat. Misal, Anda akan merasa waktu dewasa berjalan begitu cepat untuk flashback, ketika mengetahui atlet sepak bola yang Anda gemari semasa SMA sudah pensiun. Kondisi ini memunculkan Anda ketakutan, dan berpikir bahwa waktu telah berlalu begitu cepat dari sebenarnya.
Adrian Bejan, profesor di Department of Mechanical Engineering and Materials Science, Duke University, Amerika Serikat, berpendapat ada faktor lain yang menyebabkan waktu di masa lalu terasa lebih lambat. Lewat makalah di European Review, pendapatnya didasari fisika pemrosesan sinyal saraf.
Baca Juga: Earworm: Saat Lagu Terngiang di Kepala meski Kita Tak Menyukainya
Seiring waktu, tingkat kita memproses informasi visual kita melambat, dan inilah yang membuat waktu 'mempercepat' seiring bertambah usianya, terangnya.
Ukuran dan kompleksitas jaringan neuron di otak kita meningkat seiring bertambahnya usia. Dapat diartikan, sinyal listrik harus melintasi jarak yang jauh lebih jauh, sehingga pemrosesan sinyal membutuhkan lebih banyak waktu.
Akibatnya, informasi-informasi tertentulah yang dapat masuk ke dalam ingatan kita, tidak seperti saat kanak-kanak. Ujungnya, seperti penjabaran hipotesis pertama Friedman dan Janssen di atas.
"Orang-orang sering kagum pada betapa banyak yang mereka ingat dari hari-hari yang seperti berlangsung selamanya di masa muda mereka," terang Bejan dalam rilis tahun 2019. "Bukan karena pengalaman mereka jauh lebih dalam atau lebih bermakna, hanya saja [organ memori] mereka sedang diproses dengan cepat."
Baca Juga: Tamagotchi Ajarkan Kita Rasa Kehilangan dan Berkabung dari Dulu
Source | : | Vox,Cambridge University Press |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR