Masa mensturasi adalah waktu yang tidak menyenangkan bagi perempuan. Bagaimana tidak, di samping sakit perut dan pegal linu, fluktuasi hormon dapat membuat perempuan menjadi lebih mudah marah dan terkadang tidak rasional.
Oleh karena itu, jangan heran bila laki-laki bisa ikut merasakan galaknya wanita pada masa mensturasi. Pandai menjaga sikap merupakan pilihan bijak bagi laki-laki.
Namun, penelitian terbaru yang telah dipublikasikan di jurnal Frontiers in Behavioral Neuroscience pada 4 Juli 2017 membantah stereotip populer tentang mensturasi.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa masa haid tidak berdampak pada kemampuan perempuan untuk membuat keputusan rasional, mengingat sesuatu, atau fokus pada beberapa hal dalam waktu yang bersamaan.
Dalam penelitian perilaku terhadap 68 perempuan dengan lebih dari dua siklus mesturasi ini, para ilmuwan menemukan bahwa tidak ada perubahan konsisten pada kemampuan kognitif partisipan yang berhubungan dengan perubahan hormon selama masa mesturasi.
“Sebagai spesialis dalam pengobatan reproduksi dan psikoterapi, saya berurusan dengan banyak wanita yang memiliki kesan bahwa siklus menstruasi memengaruhi kesejahteraan dan kinerja kognitif mereka,” kata ketua penelitian, Brigitte Leeners, seperti yang dikutip dari Newsweek 4 Juli 2017.
Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya tentang bagaimana mensturasi memengaruhi perilaku kognitif perempuan, Leeners dan rekannya menggunakan sampel lebih besar. Lalu, dengan mencakup dua siklus, tim peneliti dapat mengetahui perubahan konsisten yang terjadi.
Tiga aspek kognitif yang diuji antara lain: kemampuan mengingat, bias kognitif (proses yang melibatkan pertimbangan, mengevaluasi dan mengingat), dan kemampuan untuk fokus pada dua hal sekaligus. Para responden diuji pada berbagai titik siklus menstruasi. Selain itu, sampel darah juga diambil untuk menilai kadar estrogen, progesteron, serta testosteron.
Temuan mereka menunjukkan adanya "efek signifikan" pada bias kognitif dan perhatian yang terbagi selama siklus pertama. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan memang terjadi sebagai akibat dari siklus menstruasi. Namun, perubahan ini tidak terlihat lagi selama siklus kedua. Secara keseluruhan, tidak ada perbedaan hasil pada berbagai tahap siklus peserta.
"Perubahan hormonal yang terkait dengan siklus menstruasi tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kinerja kognitif," kata Leeners.
Dia melanjutklan, meskipun mungkin ada pengecualian individu, kinerja kognitif wanita pada umumnya tidak terganggu oleh perubahan hormon yang terjadi pada siklus menstruasi.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa temuan penelitian ini tidak bersifat absolut.
Para peneliti mengakui bahwa sampel yang jauh lebih besar masih diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan mereka. Penelitian ini juga murni berfokus pada perilaku dan walaupun penelitian sebelumnya telah menunjukkan adanya perubahan fisik pada otak selama siklus menstruasi, studi ini tidak membahasnya.
"Karena keterbatasan metodologi, temuan positif dalam literatur yang dipublikasikan harus ditafsirkan dengan hati-hati," tulis para penulis.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR