Senja jatuh di kota berdinding tua bernama Harar. Sesekali, terdengar lolongan mengerikan yang memecah hembusan angin. Di tengah kegelapan, lima hiena lapar mengelilingi seorang pemuda yang berjongkok di tanah. Bak telinga kelelawar, telinga mereka mengibas tanpa henti. Dengan tatapan penuh harap sembari menunjukkan rentetan giginya yang tajam, dalam hati mereka berujar, “Saatnya makan.”
Ketika dunia menganggap hiena sebagai pemakan bangkai yang kejam, seisi kota kecil di Ethiopia ini justru memandang sebaliknya. Pemuda itu mengambil sepotong daging dari keranjangnya dan menggantungnya di udara. Alih-alih melompat untuk menyerang, satu hiena maju dan mengambilnya dari tangan si pemuda, layaknya anjing piaraan.
Baca juga: Jangan Terlewat! Gerhana Total Supermoon Merah di Penghujung Januari
Abbas Yusuf, yang dikenal sebagai "Hyena Man", belajar memberi makan hewan liar ini dari ayahnya, Yusuf Mume Salleh, yang dulunya sering melemparkan sisa makanan kepada para hiena tersebut. Beberapa tahun kemudian, kegiatan ini telah menjadi tradisi. Meskipun telah menjadi daya tarik wisata yang populer, hubungan luar biasa antara manusia dan hewan ini terus berlanjut.
Bagi fotografer Brian Lehmann, yang menghabiskan waktunya untuk mendokumentasikan fenomena ini, hubungan mendalam antara manusia dan hewan itu lah yang menarik perhatiannya. “Saya sangat mengagumi hubungan mereka,” ujar Lehmann kepada National Geographic.
“Orang-orang di sekitar Ethiopia, kecuali Harar, sangat ketakutan oleh hiena, karena mereka benar-benar akan ‘menghabisi’ Anda dalam hitungan menit. Beberapa mil di luar sana mungkin ada anak yang diterkam wajahnya dan diseret ke sungai, tapi anak-anak di sini sama sekali tidak takut,” tambah Lehmann.
Kota ini memiliki sejarah panjang tentang hidup damai dengan para hiena. Lehmann pun bercerita. Menurut warga setempat, berabad-abad silam, hewan-hewan tersebut menyerang dan terkadang membunuh warga kota.
Untuk mengatasinya, warga memotong lubang di dinding kota dan mulai membuang sisa makanan di situ. Dengan cara tersebut, mereka akan lebih memilih menyantap sisa makanan daripada manusia. Menurut penduduk Harar, belum ada lagi serangan hiena selama 200 tahun.
Kemurahan hati Yusuf membuat para hiena berpesta di tempat pembuangan akhir kota setiap hari. Setiap hari pula, mereka setia mendengarkan suara truk penggiling sampah yang bergemuruh dan sirene fajar yang berdengung, menandakan “pesta” akan segera dimulai. Saat senja, suara lain memanggil mereka untuk memberi makan.
“Abbas akan berdiri di atas bukit ini dan memancing mereka ke rumahnya, sehingga dia bisa memberi mereka makan untuk para wisatawan,” kata Lehmann. Setiap malam, Abbas akan berdiri di bukit dan memanggil mereka, mengumpan mereka ke rumahnya dan menampilkannya kepada para wisatawan.
Dia memberikan nama untuk mereka semua, meskipun ada yang lebih responsif daripada yang lain. Bahkan, ada yang telah mengembangkan dialek khusus untuk merayu mereka keluar dari gua. Meskipun Lehmann bukan fotografer satwa liar, dia telah mendokumentasikan hewan di alam liar sebelumnya, dan berprinsip “Anda harus dekat dengan target agar berdampak secara visual.
Baca juga: Badak Berambut Wol dari Zaman Es Direkonstruksi Kembali
” Alih-alih menggunakan jebakan kamera, hubungan Abbas dengan hiena telah lekat satu sama lain. “Ketika saya bersama Abbas, saya bisa melakukan apapun. Namun, ketika saya sendirian, butuh banyak waktu untuk mendapatkan kepercayaan para hiena,” jelas Lehmann.
Tengok halaman selanjutnya untuk melihat potret menakjubkan tentang Abbas dan para hiena.!break!
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR