Sesudah kami dapat mengenali badak satu per satu, kami bisa hitung berapa kali kami melihat badak tertentu dan di mana lokasinya. Menggunakan model statistik, kami masukkan data untuk memperkirakan pergerakan badak, ukuran populasi, dan distribusi spasial. Kami menjelaskan perkembangan dan penemuan kami di artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal Conservation Letters.
Yang terpenting, kami berhasil mengestimasi secara cermat populasi badak sebanyak 62 ekor. Kami lihat ada tanda-tanda positif mengenai populasi badak, seperti video badak bayi dan remaja.
Namun, populasi badak tidak menunjukkan tanda-tanda bertumbuh. Populasi badak Jawa secara umum tidak tumbuh dengan cepat. Para betina biasanya mencapai kematangan seksual sesudah mencapai usia tiga atau empat tahun, tapi jantan biasanya tidak mencapai tingkat kedewasaan seksual sampai mereka berusia enam tahun. Betina biasanya hanya memiliki satu anak pada satu waktu dan biasanya tidak melahirkan anak lagi sampai empat atau lima tahun berikutnya. Masa tumbuh janin adalah 16 bulan.
Menggunakan model statistik, kami juga mendapati bahwa badak jantan menjelajah wilayah yang lebih luas dibandingkan betina dan baik jantan maupun betina lebih suka wilayah dengan ketinggian rendah, dan biasanya dekat garis pantai. Mereka hampir seratus persen menghindari wilayah pegunungan di taman nasional. Badak-badak ini juga lebih suka dekat-dekat dengan kubangan lumpur, tempat mereka melumuri kulit mereka sepanjang hari untuk mengatur suhu tubuh, menghindari gigitan serangga, dan menghilangkan parasit.
Menciptakan rencana konservasi
Dengan informasi baru ini di tangan kami, kami sedang membantu pemerintah Indonesia dan mitra konservasi pemerintah untuk mengambil langkah-langkah lanjutan untuk melindungi badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon dan mempertahankan spesies tersebut. Penelitian kami menunjukkan badak berisiko menjadi korban tsunami, karena mereka suka habitat yang dekat garis pantai.
Busur Sunda, wilayah lempeng tektonik bertemu dan secara rutin menyebabkan gempa bumi yang dapat memicu tsunami dekat dengan garis pantai Taman Nasional Ujung Kulon. Di utara taman nasional ada gunung api Anak Krakatau yang sejak 1920 terus tumbuh di dalam kaldera Krakatau, gunung api yang meletus hebat pada 1883, menciptakan tsunami yang membunuh lebih dari 30.000 orang. Anak Krakatau sering meletus dan berpotensi tinggi menghasilkan tsunami.
Melindungi badak Jawa dari kepunahan akan memerlukan pengembangan populasi tambahan, yang artinya sebagian badak dari Taman Nasional Ujung Kulon perlu dipindahkan. Memindahkan binatang liar merupakan pendekatan yang umum dilakukan dalam konservasi, meski langkah tersebut mengandung risiko untuk hewan-hewan tersebut. Namun, mengingat risiko kepunahan terhadap badak Jawa sebagai spesies, tidak melakukan apa-apa bukan solusi.
Usaha konservasi ini membutuhkan investasi yang signifikan dan kemitraan lintas pemerintah, LSM, dan universitas. Ahli konservasi dan pemerintah Indonesia sudah mendiskusikan ide pengembangan populasi badak Jawa baru selama berpuluh-puluh tahun.
Penelitian kami menyediakan ketepatan ilmiah yang dapat memastikan kita memiliki informasi demografi dasar yang diperlukan untuk mengambil keputusan ini dan dorongan untuk melangkah tanpa ditunda-tunda.
Brian Gerber, Assistant Professor of Natural Resources Science, University of Rhode Island
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR