Nationalgeographic.co.id - Telkom Indonesia dan Kementerian Pariwisata berkolaborasi dalam menciptakan Indonesia Tourism Intelligence (ITI), sebuah platform yang bisa membantu pengambilan keputusan pada strategi pariwisata.
Saat ini, pariwisata Indonesia tidak memiliki data yang real time dan akurat sehingga kebijakan yang dibuat terkadang gagal untuk memenuhi tujuan yang diinginkan. Meskipun data statistik dipublikasikan setiap tahunnya, namun itu tidak mendeskripsikan profil wisatawan dengan akurat.
Baca juga: Cara Jepang Bertahan Dari Serangan Gempa Bumi yang Kerap Terjadi
ITI menggunakan big data dan analisis telepon genggam untuk mengumpulkan informasi tentang pergerakan, profil dan persepsi wisatawan. Nantinya informasi ini akan digunakan untuk menciptakan strategi dalam industri pariwisata.
Ada dua faktor kunci yang terlibat pada ITI. Yakni, Management Information System (MIS) dan Customer Service System (CSS). MIS akan menyediakan data real time dan akurat mengenai pergerakan dan profil turis. Sekarang ini, para wisatawan menggunakan aplikasi untuk mendapatkan informasi, mengatur perjalanan, dan membagi pengalaman mereka.
ITI akan mengumpulkan data dari operator seluler, ID perangkat, media sosial dan ulasan online. Semua itu akan dianalisis dan diproses untuk mendapatkan informasi yang berguna. Namun, tenang saja, privasi para wisatawan itu akan tetap terlindungi karena data dikumpulkan secara anonim dan keseluruhan.
Sementara itu, CSS didesain untuk menciptakan strategi pemasaran dengan Digital Advertising System dan Digital Survey System. ITI akan menganalisis feedback turis dan tren wisata yang sedang berkembang. Dengan begitu, kita bisa mengevaluasi dan menyediakan pelayanan yang lebih baik untuk para wisatawan. Informasi tersebut juga berguna untuk menciptakan strategi pemasaran seperti konten viral di media sosial.
Secara geografis, Indonesia memiliki kompleksitas yang unik: daratannya dipisahkan oleh lautan. Dalam hal pariwisata, itu bisa menjadi hal yang menguntungkan, namun memang lebih sulit untuk dikelola. Namun, adanya ITI bisa membantu ‘pengendalian massa’.
Baca juga: Tidak Terprediksi, Namun Jakarta Perlu Waspada Gempa Sunda Megathrust
Dengan melihat profil wisatawan dan preferensinya, kita bisa memilih dan menyiapkan destinasi yang bisa menarik perhatian banyak orang untuk berkunjung. Tantangan mengenai wilayah Indonesia yang kompleks akan sedikit berkurang karena strategi pariwisata yang dibuat lebih cepat dan akurat. Pemerintah Indonesia pun bisa melakukan pembangunan di desinasi baru dengan lebih efektif, efisien dan komprehensif. Rencana infrastruktur, rute penerbangan dan wisata lokal bisa direncanakan dengan lebih baik.
Indonesia sendiri menargetkan 20 juta kunjungan wisatawan asing dan 275 wisatawan domestik di 2019. Angka tersebut akan mengarahkan pertumbuhan ekonomi dari 1,7 menjadi 18 juta dollar AS. Dan ITI bisamenjadi pilar utama untuk mencapai tujuan ini.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR