Nyamuk diketahui sebagai pembawa virus yang menyebabkan penyakit pada manusia. Salah satu virus yang dibawa nyamuk paling populer demam berdarah dengue (DBD), sedangkan paling baru adalah Zika.
Kedua virus ini cukup meresahkan warga hampir di seluruh dunia. Maka banyak pencegahan yang diambil oleh pemerintah dan ilmuwan berbagai negara.
Di Amerika Serikat, baru-baru ini, para peneliti mengembangkan cara untuk membuat para nyamuk infertile alias tidak subur. Hal ini dilakukan agar telur yang dihasilkan tidak menetas.
(Baca juga: Waspadai Gejala Zika yang Mirip Demam Berdarah)
Untuk mendapatkan hasil tersebut, para peneliti mula-mula menginfeksi nyamuk jantan dengan bakteri di laboratorium. Dengan begitu, nyamuk jantan akan menjadi tidak subur.
Maka, saat nyamuk jantan kawin dengan betina, telur yang dihasilkan akan mati sebelum menetas.
Hal yang membuat telur-telur tersebut mati adalah ketidakcocokan sitoplasma karena nyamuk jantan telah terinfeksi wolbachia sedangkan nyamuk betina tidak. Dengan matinya telur-telur tersebut, diharapkan populasi nyamuk selanjutnya akan menurun.
Penelitian ini disebut dengan The Miami-Dade County Mosquito Reduction Test Program. Tujuan program ini adalah mengurangi populasi nyamuk di welayah Miami, Florida tanpa harus melakukan modifikasi genetik buatan.
Bakteri yang digunakan untuk menginfeksi nyamuk jantan tersebut adalah wolbachia. Sebenarnya, wolbachia ini merupakan zat alami yanh dimiliki oleh 60 persen serangga seperti kupu-kupu dan capung.
Uniknya, bakteri ini tidak berbahaya bagi manusia. Karenanya, cara ini dianggap paling efektif untuk memerangi nyamuk pembawa virus.
(Baca juga: Mengapa Indonesia Belum Bisa Bebas DBD?)
Dalam penelitiannya, para peneliti melakukan sterilisasi pada nyamuk Aedes aegypti yang merupakan jenis nyamuk yang terkait penyebaran virus Zika, DBD, dan demam kuning.
Para peneliti hanya melepaskan nyamuk jantan ke alam liar. Itu karena nyamuk betinalah yang menggigit manusia, memakan darah, dan menyebarkan penyakit.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR