Nationlgeographic.co.id—Kopi dengan rasanya dan wanginya yang khas menjadi salah satu minuman favorit banyak orang. Dikonsumsi secara luas di seluruh dunia, maka perlu diketahui apa efek minum kopi pada tubuh seperti organ di saluran pencernaan.
Dilansir dari Sci News, penelitian yang ditujukan untuk aspek ini masih langka. Tinjauan baru dari penelitian sebelumnya telah dipublikasikan di jurnal Nutrients dengan judul Effects of Coffee on the Gastro-Intestinal Tract: A Narrative Review and Literature Update pada 17 Januari 2022. Studi ini menunjukkan bahwa asupan kopi merangsang sekresi lambung, empedu dan pankreas, tampaknya mendukung langkah pertama dari proses pencernaan.
“Pengaruh kopi terhadap proses pencernaan telah diketahui sejak lama dan minum kopi setelah makan sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian dari kita,” ujar Dr. Astrid Nehlig, peneliti dari Institut Kesehatan Nasional Prancis dan Penelitan Medis.
Konsultan ilmiah di Institut Penelitian Informasi Ilmiah tentang Kopi ini melanjutkan bahwa kopi dianggap menolong pencernaan dengan bekerja pada produksi asam lambung, sekresi empedu dan pankrean serta motilitas usus besar.
“Dalam ulasan kami, kami mempertimbangkan efek dari konsumsi kopi pada organ-organ saluran pencernaan yang merupakan organ pertama di mana kopi dan keragamanan komponennya bersentuhan setelah konsumsi,” kata Dr. Nehlig.
Dalam tinjauan sistematis, Dr. Nehlig menganalisis data dari total 194 penelitian tentang konsumsi kopi. Didapati bahwa konsumsi kopi moderat, 3 – 5 cangkir per hari tidak ditemukan menghasilkan efek berbahaya pada berbagai organ saluran pencernaan.
Ada dua bidang minat khusus yang muncul dari penelitian ini yakni hubungan antara kopi dan penurunan risiko batu empedu serta bukti yang menghubungkan konsumsi kopi dengan penurunan risiko pankreatitis. Dr. Nehlig melanjutkan penelitian lebih lanjut masih diperlukan terkait dua bidang tersebut.
Lebih lanjut, sang ahli menjelaskan kopi memiliki tiga dampak utama. Pertama, kopi dikaitkan dengan sekresi lambung, empedu dan pankreas, semuanya berperan penting dalam pencernaan.
“Kopi ditemukan untuk merangsang produksi hormon pencernaan gastrin dan asam klorida, hadir dalam jus lambung (gastric juice) keduanya membantu memecah makanan di perut. Kopi juga merangsang sekresi cholecystokinin, hormon yang meningkatkan produksi empedu, juga terlibat dalam pencernaan,” jelas Dr. Astrid Nehlig.
“Kopi tampaknya terkait dengan perubahan komposisi mikrobiota usus. Dalam studi yang ditinjau, konsumsi kopi ditemukan menyebabkan perubahan komposisi mikrobiota usus, terutama pada tingkat populasi Bifidobacteria, ‘penghuni’ saluran pencernaan yang ada di mana-mana,” lanjutnya.
Selain itu, kopi juga dikaitkan dengan motilitas usus besar, proses di mana makanan berjalan melalui saluran pencernaan. Data menunjukkan bahwa kopi dapat merangsang motilitas di usus besar sama seperti sereal, 23 persen lebih banyak dari kopi decaf atau 60 persen lebih dari segelas air dan mungkin terkait dengan penurunan risiko sembelit kronis.
Terlepas dari bukti yang menunjukkan bahwa konsumsi kopi dapat mendukung tahap pertama pencernaan, sebagian besar data tidak mendukung temuan bahwa kopi memiliki efek langsung pada refluks gastro-esofagus. Sebaliknya, ini adalah efek gabungan atau tambahan dari faktor risiko lain seperti obesitas dan pola makan yang buruk.
Dr. Nehlig mengatakan konsumsi kopi tidak secara keseluruhan terkait dengan masalah usus atau pencernaan, ini berlawanan dengan beberapa asumsi. Dalam beberapa kasus, kopi memiliki efek perlindungan terhadap keluhan pencernaan umum seperti sembelit.
“Data yang muncul juga menunjukkan mungkin ada hubungan dengan peningkatan level kelompok bakteri usus seperti Bifidobacteria yang telah diketahui memiliki efek menguntungkan. Meskipun data tambahan akan diperlukan untuk memahami efek kopi di seluruh saluran pencernaan, ini adalah tempat yang sangat memberikan harapan untuk memulai,” pungkasnya.
Baca Juga: Bagaimana Cara Limbah Kopi Menumbuhkan Kembali Hutan Hujan Kosta Rika?
Source | : | Sci News |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR