Nationalgeographic.co.id—Di balik suara gema dan kata narsis yang sering kita gunakan saat ini ternyata memiliki kisah menyedihkan. Alkisah dari mitos Yunani, Echo dikisahkan sebagai peri (nimfa) gunung yang kemampuannya berbicara dikutuk, membuatnya hanya bisa mengulangi kata-kata terakhir yang diucapkan kepadanya.
Sampai ketika, salah satu peri teman Echo bernama Artemis menjalin perselingkuhan dengan Zeus, sang Dewa Penguasa Yunani. Hubungan cinta terlarang itu selalu mereka adakan di sebuah tempat rahasia di dalam hutan. Namun lambat laun kisah perselingkuhan peri dengan Raja terdengar sampai ke telinga Hera, istri dewa Zeus. Saat tahu, ia murka dan langsung mencari keberadaan peri yang menggoda suaminya tersebut.
Menurut Ovid, penyair Romawi kuno yang hebat, Echo diberi tugas menghibur dan mengalihkan perhatian istrinya, Hera, dan mencegah Zeus menemukan petualangan erotisnya bersama peri lain.
Hukuman Gema
Echo populer di kalangan nimfa. Tetapi tidak disukai oleh Hera, yang dikenal karena sifat cemburu dan pendendamnya menjadi curiga dan marah pada Echo, mengira Echo sebagai objek kasih sayang vulgar Zeus. Sadar akan hubungan cinta suaminya, terutama dengan bidadari cantik, dia mengutuk Echo yang tidak berperan sama sekali dalam hubungan intim Zeus.
"Nona muda, celotehmu telah membuatmu masuk, dan kamu akan dihukum karenanya! Mulai saat ini, satu-satunya kata yang bisa kamu ucapkan adalah kata-kata yang pertama kali diucapkan orang lain kepadamu," kata marah Hera.
Dia menghukum Echo karena mengganggu rencananya. Dibebani dengan hukuman yang mengerikan, Echo kehilangan hak istimewanya untuk berbicara tentang dirinya lagi dan hanya bisa mengulangi kata-kata terakhir orang lain.
Narcissus Menjadi Pemuda Tinggi Hati
Pemuda manusia yang dingin, sombong, dan tampan. Narcissus tidak mencintai siapa pun dan selalu menganggap dirinya layak untuk dicintai. Dia tersesat sekali di hutan lebat saat berburu, dan nimfa Echo secara tidak sengaja melihatnya. Echo jatuh cinta padanya, tetapi dia mengikuti anak laki-laki itu dan menunggunya berbicara lebih dulu karena kutukan itu. Narcissus melihat sekeliling untuk mencari teman-temannya, tidak tahu ke mana harus pergi, dan berteriak:
"Hei, siapa di sini?"
"Di Sini!" Balasan Echo keras.
Seorang nimfa mengulurkan tangannya dan bergegas ke Narcissus. Dia melihatnya, tetapi dengan bangga dan egois seperti biasanya, Narcissus langsung mendorongnya menjauh dan menghilang ke dalam hutan yang gelap. Dia menolak cinta semua orang. Banyak bidadari dibuat tidak senang dengan harga dirinya. Kali ini, dia memutuskan dia lebih baik mati sebelum membiarkan peri memilikinya dan mendorongnya pergi.
Echo bersembunyi di sebuah gua di hutan tak tertembus yang menderita karena cinta Narcissus. Dia mulai kurus karena kelaparan tanpa makan dan tidur sampai tubuhnya layu seluruhnya menjadi debu, hanya menyisakan suaranya.
Nemesis Menghukum Narcissus Jatuh Cinta Dengan Bayangan Sendiri
Kemudian, dewi balas dendam, Nemesis, memutuskan untuk menghukum Narcissus atas perilakunya. Dia membawanya ke kolam, di mana dia melihat bayangannya dan jatuh cinta padanya. Dia menolak untuk meninggalkan bayangan dirinya sendiri dan, seperti Echo, dia mati kelaparan, tetapi sebelum itu terjadi, dia berteriak: "Selamat tinggal, anak tersayang, sia-sia." Suara gema mengulangi ratapan dari gua, Narcissus akhirnya mati.
Bahaya Cinta Diri yang Berlebihan
Dalam mitos, air bertindak sebagai cermin, mencerminkan keadaan pikiran Narcissus dan apa yang terjadi di sekitarnya. Ini menjadi tenang, kemudian menjadi berawan, dan akhirnya menghilang.
Mitos Yunani yang indah ini menunjukkan berbagai aspek alam. Nimfa Echo menjadi pengulangan suara, dan Narcissus melambangkan kemandirian, narsisme, dan kesombongan.
Echo dan Narcissus keduanya meninggal karena cinta yang tidak terpenuhi. Mereka menjadi terobsesi dengan cinta mereka, bahwa mereka berhenti mengurus diri mereka sendiri dan harus mati. Ada juga pesan moral dari cerita ini. Kematian dan transformasi Narcissus menunjukkan bahaya cinta diri yang berlebihan yang juga bisa menjadi obsesif diri dan disebut narsisme.
Mitos menunjukkan perilaku semacam ini dengan tepat, dan individu dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki rasa penting diri yang mengesankan. Mereka mencari kekaguman tak terbatas dari orang lain dan berfantasi tentang kesuksesan atau kekuasaan yang berkelanjutan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat lema "narsistik", yang bermakna kepedulian yang berlebihan pada diri sendiri yang ditandai dengan adanya sikap arogan, percaya diri, dan egois.
Baca Juga: Ketika Wanita Yunani Kuno Gunakan Venus Sebagai Kalender Kehamilan
Sudut Pandang Baru Peluang Bumi, Pameran Foto dan Infografis National Geographic Indonesia di JILF 2024
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR