Nationalgeographic.co.id—Saat merasakan ASMR (Autonomous Sensory Meridian Response), seseorang akan mengalami sensasi kesemutan yang dimulai di kepala dan leher yang dapat menyebar ke seluruh tubuh. Tidak semua orang mengalami ASMR, dan mereka yang mengalaminya memiliki pemicu yang berbeda. Mengapa demikian?
Sekarang, penelitian baru dari Northumbria University menemukan bukti baru terkait hal tersebut. Bukti tersebut menghubungkan tingkat neurotisisme dan kecemasan yang lebih tinggi dengan kemampuan mengalami sensasi relaksasi ASMR.
Untuk diketahui, neurotisisme berkaitan dengan pengaruh dan pengendalian emosi. Individu dengan neurotisisme tinggi memiliki sifat mudah gugup, sensitif, tegang, dan mudah cemas. Individu dengan neurotisisme tinggi cenderung memiliki ide yang kurang rasional, mudah cemas, mudah marah, impulsif, dan rentan dalam menghadapi tekanan.
Para peneliti mempresentasikan temuan tersebut dalam jurnal akses terbuka PLOS ONE pada 2 Februari 2022. Rincian studi tersebut dipublikasikan dengan judul "Untangling the tingle: Investigating the association between the Autonomous Sensory Meridian Response (ASMR), neuroticism, and trait & state anxiety".
Para peneliti mengatakan dalam laporannya, banyak orang sekarang secara teratur menonton video ASMR untuk bersantai, dan mengurangi gejala stres dan insomnia, yang semuanya menunjukkan peningkatan tingkat kecemasan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang yang mampu mengalami ASMR mungkin memiliki tingkat neurotisisme yang tinggi. Namun, hubungan yang tepat antara ASMR dan ciri-ciri kepribadian belum jelas.
"Literatur yang muncul menunjukkan bahwa individu berkemampuan ASMR dicirikan oleh neurotisisme sifat yang lebih tinggi, yang dikaitkan dengan kecenderungan untuk mengalami keadaan emosional negatif seperti kecemasan. Namun hingga saat ini tidak ada literatur yang secara empiris menghubungkan konstruksi kepribadian ini dan menonton video ASMR tentang efek mengurangi kecemasan," kata peneliti dalam laporan penelitiannya.
Untuk membantu memperjelas, tim peneliti meminta 36 relawan yang mengalami ASMR dan 28 relawan yang tidak berpengalaman untuk menonton video yang dimaksudkan untuk memicu ASMR. Para peserta menyelesaikan beberapa kuesioner untuk mengevaluasi neurotisisme mereka, kecenderungan umum untuk mengalami kecemasan (kecemasan sifat) dan kecemasan dari waktu ke waktu (kecemasan keadaan) sebelum dan sesudah menonton video.
Analisis statistik dari tanggapan peserta menemukan bahwa orang yang mengalami ASMR memiliki tingkat neurotisisme dan kecemasan sifat yang lebih tinggi. Mereka juga memiliki tingkat kecemasan keadaan yang lebih tinggi sebelum menonton video, namun, jenis kecemasan ini berkurang setelah video.
Sementara itu, orang yang mengalami ASMR melaporkan tingkat manfaat yang lebih besar dari video. Sebaliknya, relawan yang tidak berpengalaman tidak mengalami pengurangan kecemasan keadaan setelah video.
Baca Juga: Tren Video ASMR, Benarkah Bisa Bermanfaat Sebagai Pereda Stres?
Baca Juga: Kegiatan Berbasis Alam Memberi Emosi Positif dan Mengurangi Kecemasan
Baca Juga: Berpelukan, 'Magic Touch' Pereda Stres yang Tabu di Indonesia
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan neurotisisme dan kecemasan antara yang mengalami ASMR dan yang tidak berpengalaman. Secara statistik menyumbang perbedaan yang diamati dalam perubahan kecemasan sebelum dan sesudah video, menyoroti pentingnya potensi ciri-ciri kepribadian ini.
Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa orang yang mengalami ASMR dapat dicirikan oleh tingkat neurotisisme yang lebih besar serta gangguan kecemasan daripada yang tidak berpengalaman. Para peneliti juga merekomendasikan bahwa ASMR dapat berfungsi sebagai intervensi untuk individu dengan peningkatan tingkat neurotisisme dan/atau kecemasan secara umum.
Namun, penulis mencatat, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengatasi keterbatasan penelitian ini dan meningkatkan pemahaman. Para peneliti menulis dalam laporannya, studi mereka menemukan bahwa menonton video ASMR mengurangi kecemasan pada mereka yang mengalami kesemutan ASMR bahkan ketika sebelumnya tidak terbiasa dengan fenomena tersebut.
"Karakteristik kepribadian yang terkait dengan kecemasan tinggi juga dikaitkan dengan manfaat ini, oleh karena itu ASMR mungkin merupakan intervensi psikologis yang cocok untuk individu yang cemas secara umum," kata peneliti.
Source | : | PLOS ONE |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR