Nationalgeographic.co.id - "Kalian tahu tidak apa itu pengertian krisis iklim?" tanya Ranti kepada anak-anak petani di Jawa Barat. Dia berusia 17 tahun dan menjadi Child Campaigner di Aksi Generasi Iklim yang diadakan Yayasan Save the Children untuk mengajarkan tentang perubahan iklim ke generasi muda.
Anak-anak itu menggelengkan kepala. Mereka hanya mengatakan bahwa perubahan iklim memang diajarkan di sekolah, tetapi masih sulit untuk dipahami untuk mereka.
"Karena bahasa yang belum dimengerti anak-anak, dan ketika di sekolah membahas itu waktunya masih terlalu singkat--satu minggu setelah itu tidak dibahas lagi," ungkap Ranti di peluncuran Kampanye Iklim, Jumat (22/04/2022). Dia mengatakan, anak-anak sebenarnya menaruh minat untuk pengetahuan tentang krisis iklim, tetapi sedikit sekali pendidikan yang bisa dipahami mereka.
Padahal, anak-anak itu tinggal di pedesaan yang sangat bergantung pada iklim untuk masa panennya. Perubahan iklim bisa berdampak pada curah hujan yang sulit diprediksi. Akibatnya, curah hujan yang tidak dapat diduga oleh petani di sekitar mereka bisa mengalami gagal panen. Gagal panen inilah yang kemudian akan berpengaruh terhadap pendapatan suatu keluarga.
Oktober 2021, Save the Children membuat laporan bahwa di Indonesia ada jutaan anak dan keluarga jatuh ke dalam kemiskinan akibat perubahan iklim.
"Harusnya, semua anak bisa mulai berpartisipasi (untuk membangun dampak krisis iklim). Tapi sayangnya masih banyak anak-anak belum tahu tentang krisis iklim dan bagaimana mereka bisa berperan untuk membuat perubahan. Sebagai Child Campaigner, saya ingin mengajak semua anak bergerak dan tidak takut untuk bersuara,” lanjutnya.
"Studi kami sangat jelas menggambarkan bahwa anak-anak menanggung beban berat karena tumbuh dalam situasi yang mengancam dan anak memiliki beragam faktor yang membuat mereka lebih rentan secara fisik, sosial, dan ekonomi," kata Selina Patta Sumbung, Ketua Pengurus Yayasan Save the Children Indonesia di dalam rilis.
Baca Juga: Hari Ini Hari Bumi! Berikut Cara untuk Merayakannya untuk Anda
Baca Juga: Perubahan Iklim Berperan untuk Manusia Purba Menentukan Tempat Tinggal
Baca Juga: Aspire Vero National Geographic Edition, Laptop Ramah Lingkungan dari Acer untuk Kelestarian Bumi
Berdasarkan survei World Economic Forum tahun 2017, perubahan iklim atau kehancuran lingkungan adalah masalah serius yang menjadi perhatian kalangan muda, terutama generasi milenial.
Sosiolog Universitas Indonesia Imam B. Prasodjo di dalam dialog publik Planet yang Sehat untuk Kemakmuran Bersama – Tanggung Jawab Kita, Peluang Kita, mengatakan tren itu muncul ketika kita sudah memasuki era informasi berjejaring. Dialog itu diadakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menyambut konferensi internasional Stockholm+50 di Swedia awal Juni mendatang.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR