Nationalgeographic.co.id - Sirrush (Mushrush, Mushrushu) adalah makhluk hibrida yang digambarkan di gerbang Ishtar di Babilon. Makhluk ini menyerupai naga atau griffin (singa-rajawali).
Sirrush memiliki kepala seperti ular bertanduk, tubuh ular bersisik, leher panjang, dan ekor panjang. Ekornya juga dipenuhi oleh sisik. Lidahnya panjang bercabang dua seperti ular.
Sirrush memiliki kaki yang tidak biasa. Kaki depan seperti kaki sejenis kucing, mungkin macan tutul atau macan kumbang. Sedangkan kaki belakang yang besar seperti kaki burung, dengan empat jari yang ditutupi sisik.
Nama 'Sirrush' berasal dari kata Akkadia, yang diterjemahkan sebagai 'ular yang luar biasa'. Para peneliti awal kemungkinan besar salah membaca nama dan sejak itu, 'Sirrush' telah digunakan sebagai nama paling umum untuk makhluk ini. Ada juga variasi lain dari namanya seperti Mushussu ('ular ganas'), naga Musrussu, Sirrušu.
Arkeolog Jerman Robert Koldewey, yang menemukan Gerbang Ishtar selama penggaliannya dari tahun 1899 hingga 1917. “Ia yakin bahwa 'Sirush' benar-benar ada,” tutur A. Sutherland dilansir dari laman Ancient Pages.
Dia berpendapat bahwa dalam hal keseragaman konsep fisiologisnya, 'Sirrush' secara signifikan melampaui semua makhluk legendaris lainnya.
Fakta bahwa 'Sirrushi' digambarkan di sebelah hewan nyata (misalnya singa), menurut Koldewey, membuktikan bahwa orang Babilonia akrab dengan makhluk ini. Ini disebutkan dalam mitologi Mesopotamia kuno.
Satu teori menyatakan bahwa orang Babilonia dapat meniru penampakan Sirrush dari sisa-sisa kadal prasejarah. Terutama karena hewan tersebut menyerupai biawak yang mungkin sudah dikenal oleh orang Mesopotamia.
Telah berteori bahwa penampilan Sirrush diciptakan berdasarkan cerita kuno tentang binatang yang tidak hidup di Mesopotamia.
Menurut sumber tertulis, Sirrush pada awalnya adalah hewan Ninazu, dewa kota Eshnunna, sebuah kota Mesopotamia kuno.
Pada zaman Akkadia atau Babilonia awal (abad ke-18 SM), hewan hibrida mitologis yang fantastis ini terkait dengan dewa Tishpak. Dewa inilah yang menggantikan dewa penjaga kota dengan Sirrush. Di Lagash, di sisi lain, ia mulai dikaitkan dengan putra Ninazu, dewa Ningishida.
Salah satu dewa Babilonia-Asyur yang paling penting, Nabu, dikatakan sebagai penjaga roh nasib bangsa Babilonia dan Asyur kuno.
Baca Juga: Peran Serta Anjing bagi Kehidupan Sosial dan Mitologi Orang Romawi
Baca Juga: Bagaimana Kehidupan di Irkalla, Tempat Alam Orang Mati Babilonia?
Baca Juga: Makara, Monster Laut Berbelalai dalam Mitologi Hindu dari Srilangka
Ia biasa menunggangi naga bersayap bernama Sirrush yang awalnya milik ayahnya, Marduk.
Sirrush disebut dalam prasasti paku Babilonia sebagai Musrussu. Musrussu diterjemahkan sebagai ‘Ular Glamor’ atau ‘Ular Kemegahan’. Dalam prasasti itu Sirrush diidentifikasi dengan mitologi ular-naga mushkhushshu. Identifikasi ini secara signifikan dimungkinkan berkat teks-teks dari prasasti Raja Nebukadnezar II.
Pendapat tentang keberadaan Sirrush
Adrienne Mayor seorang ahli sejarah berpendapat bahwa peradaban kuno sering kali sangat berhati-hati dalam menggali, mengangkut, dan merakit kembali fosil. Bisa jadi mereka menemukan fosil dan merekonstruksi sisa-sisa sauropoda Babilonia. Dari rekonstruksi itu, muncullah Sirrush, griffin, dan makhluk mitologi lainnya.
Namun, Willy Ley seorang penulis sains mengungkapkan bahwa, pada akhir 1950-an, tidak ada lapisan fosil yang diketahui di sekitar Mesopotamia. Yang lain telah mencatat kemiripan dengan biawak, berspekulasi bahwa Babilonia mungkin telah melihat atau menangkap biawak.
Teks-teks ini dikhususkan untuk pekerjaan konstruksi di Babilonia yang dilakukan oleh penguasa besar Babilonia kuno dan penakluk Yehuda. Seiring waktu, Sirrush dipindahkan ke Asyur dan dikaitkan dengan dewa negara bagian Ashur, setara dengan Enlil.
“Sirrush mungkin diciptakan dari binatang yang pernah didengar orang Babilonia tetapi tidak hidup di Mesopotamia,” menurut Ley. Mengapa ia bisa berpendapat demikian? Menurutnya, batu bata dari jenis yang sama dengan yang ada di Gerbang Ishtar telah ditemukan di sekitar Afrika. Ini berarti orang Babilonia mendengar atau melihat binatang itu di tempat lain di Afrika.
Jadi, apakah Sirrush benar-benar nyata atau hanya imajinasi yang didasarkan dari kadal prasejarah?
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR