Rajah Sulayman dan prajuritnya yang tersisa mundur menyeberangi sungai dan meninggalkan Maynila yang dibumihanguskan.
De Goiti memeriksa pemukiman dan benteng yang telah hancur lebur dalam serangan itu. Dia juga menemukan gudang yang terbakar dekat kediaman Rajah Sulayman.
Anggota ekspedisi itu yang tidak diketahui namanya berpendapat dalam catatan perjalanan, "itu mengandung banyak besi dan tembaga, serta culverina dan meriam yang telah meleleh. Beberapa meriam kecil dan besar baru saja mulai ditempa. Ada cetakan tanah liat dan lilin, yang terbesar adalah untuk meriam sepanjang tujuh belas kaki, menyerupai culverin."
Kemudian De Goiti kembali ke markasnya di Panay di pertengahan kepulauan Filipina. Dia tidak tinggal di Maynila karena takut pasukannya akan kelelahan untuk melawan jika Rajah Sulayman melakukan serangan balik. Artileri lawan dibawanya kepada De Legazpi.
Pasukan Spanyol membuat jenis meriam yang diambil itu untuk diuji ketat dalam sebagai pemeriksaan, perbandingan, dan diadopsi.
Mereka mendapati bahwa artileri ini tidak retak atau pecah setelah ditembakkan terus-menerus, walau jumlah mesiu yang digunakan lebih banyak. Bisa dibilang, meriam buatan Panday Pira lebih unggul dari meriam Spanyol yang dipasang di kapal.
Maka berangkatlah armada Spanyol yang baru meninggalkan Panay pada 20 April 1571. Armada itu terdiri dari 27 kapal, 280 orang Spanyol, dan 600 sekutu mereka dari Bisaya dipimpin oleh Don Miguel Legazpi. Maynila jatuh sehari sebelumnya dan ia membangun kembali kota itu yang kemudian dikenal sebagai Manila, ibu kota Filipina kini.
Demi mempertahankan kota barunya itu, Legazpi memanggil Panday Pira untuk membantu membuat meriam yang baik. Akan tetapi Panday Pira tidak dapat ditemukan karena ia melarikan diri ke pedalaman Provinsi Bulacan di Luzon Tengah, utara Manila, setelah pertempuran.
Dia kemudian menetap di Apalit, Pampanga, tidak jauh dari Bulacan. Di sana Pira tinggal bersama keluarganya dan mendirikan bengkel pertama yang memproduksi mata bajak dan alat bajak pertanian lainnya. Dia juga melatih penduduk lain di sana.
Legazpi kemudian mengirim utusan ke Apalit untuk menghubungi dan mendapatkan Pira. Dia ditawarkan hak-hak istimewa seperti kebebasan dari kewajiban pemerintah, agama, dan bebas hidup dan berbaur dengan orang-orang Spanyol. Singkatnya, ia menerima tawaran itu dan menjadi produsen meriam Spanyol, dan dibantu oleh anak-anaknya.
Legazpi meninggal pada 20 Agustus 1572 akibat serangan jantung. Jabatan Gubernur Jenderalnya diganti oleh Santiago de Vera. Pada periode pemerintahan ini, Panday Pira membuat banyak artileri yang membantu ekspedisi militer Spanyol menuju Kalimantan dan Maluku, serta di benteng pertahanan Manila.
Tak lama, Panday Pira meninggal pada 1576 di usia 86 tahun. Spanyol merugi karena tidak ada yang dapat membuat meriam sehebat Pira, termasuk anak-anaknya. Maka, pemerintah kolonial mengirimkan surat kepada Raja Spanyol untuk mengirim pembuat mereka.
"Panday pira pembuat meriam kami sudah mati. Kami tidak dapat menemukan seorang pun di antara kami untuk menggantikannya," tulis surat permohonan itu.
Mengutip The Kahimyang Project, Jaime de Veyra, sejarawan Filipina mengatakan, "Meriam Panday Pira sama bagusnya dengan yang diproduksi di Spanyol dan menjadi pembuat meriam resmi untuk tentara Spanyol di Filipina. Usahanya berkontribusi banyak untuk pertahanan pulau-pulau tersebut dari bajak laut."
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR