Rammanohar Puthiyedath dari Amrita Vishwa Vidyapeetham, sebuah universitas swasta yang berbasis di Coimbatore, Tamil Nadu, menulis publikasi ilmiah tentang kunyit yang banyak diambil dari catatan di kitab Ayurveda. Publikasi itu menuliskan bahwa di Eropa pada abad pertengahan, kunyit telah dikenal dengan julukan ‘saffron dari India.’
Atharvaveda, yang bermakna ‘gudang pengetahuan’, merupakan kitab sastra nan suci bagi umat Hindu pada peradaban Weda. Kitab ini merupakan kumpulan dari 730 himne dengan enam ribuan mantra, yang dibagi menjadi 20 buku.
Di dalamnya menyebutkan bahwa kunyit banyak digunakan sebagai bahan pewarna untuk tambalan bahan kulit pada tradisi India Kodoth menjelaskan bahwa kunyit yang berasal dari India telah mencapai pantai Tiongkok sejak 700 Masehi. Kunyit juga mencapai Afrika Timur 100 tahun kemudian, dan muncul di Afrika Barat 500 tahun kemudian.
Para pedagang Arab memiliki peranan penting dalam menyebarkan tanaman ini hingga ke benua Eropa. Dalam proses perjalanannya, terdapat persamaan antara lada hitam dan kunyit. Penjelajah pertama yang pergi mencari kedua rempah tersebut adalah orang Arab. Bahkan, rute laut yang digunakan sebagai jalur perdagangan orang Arab menjadi jalur rahasia yang tidak diketahui siapapun, hingga bangsa Eropa menemukan dan menggunakannya.
Terkait lokasi awal penemuan kunyit di India pun, hingga saat ini masih banyak perdebatan dan bahkan menjadi sengketa karena klaim yang dibuat oleh beberapa pihak. Namun, Kodoth percaya bahwa semua detail yang tersedia menunjukkan bahwa kunyit berasal dari India barat dan selatan.
Temuan terbaru
Baru-baru ini, para peneliti menganalisis temuan fosil plak gigi pada 16 kerangka. Asal fosil itu dari zaman Perunggu Tengah hingga zaman Besi Awal atau sekitar 1.500 hingga 1.100 Sebelum Masehi.
Analisis ini dilakukan pada sisa-sisa penggalian di Megiddo, sebuah situs penting di dunia kuno yang merupakan sepenggal rute perdagangan antara Mesir dan Suriah, yang berkembang pesat pada zaman Perunggu.
Temuan yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences ini membuat peneliti yakin bahwa bukti artistik dan arkeologi menunjukkan bahwa peradaban Mediterania kuno ternyata mengimpor segala sesuatunya. Dugaan
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR