Menurut Herodotus, para pembalsem memulai pekerjaannya dengan mengosongkan kepala mayat. Orang Mesir kuno tidak melihat otak sebagai pusat akal dan identitas, sehingga mereka tidak berusaha untuk melestarikannya. Sebuah kait panjang dimasukkan ke hidung ke dalam tempurung kepala dan diputar-putar untuk mencairkan otak. Cairan itu dituangkan ke dalam mangkuk.
Selanjutnya, organ dalam dikeluarkan melalui sayatan, biasanya dibuat di sisi kiri perut. Namun hati, yang diyakini sebagai pusat kebijaksanaan, sengaja dibiarkan begitu saja. Kitab Orang Mati menyatakan pentingnya menjaga organ ini tetap terhubung dengan tubuh.
Dehidrasi sangat penting untuk proses pembalsaman. Bahan yang digunakan adalah natron padat, natrium karbonat terhidrasi yang sering ditemukan di dekat danau garam. Dicelupkan ke dalam campuran ini selama 40 hari, rongga tubuh terisi dengan zat tersebut dan mengering dari dalam.
Ahli Mesir kuno, Bob Brier dan Dr. Ronald Wade, pada 1994 menemukan bahwa 263 kilogram natron dibutuhkan untuk menutupi dan mengeringkan tubuh secara keseluruhan.
Berbagai minyak dan resin cair kemudian dioleskan ke daging. Ini mungkin membantu menunda serangga menggerogoti tubuh dan menutupi bau pembusukan. Sejarawan Yunani Diodorus Siculus mengunjungi Mesir pada abad pertama Sebelum Masehi dan mengamati proses mumifikasi.
Baca Juga: Hasil Pemindaian CAT dan Tes DNA Ungkap Tutankhamun Mengidap Malaria
Baca Juga: CT Scan Ungkap Eksekusi Seremonial Firaun Seqenenre sang Pemberani
Baca Juga: Mummy Brown: Cat Abad ke-16 yang Terbuat Dari Bubuk Mumi Giling
Baca Juga: Serangkaian Foto 1960-an Membatu Penemuan Mumi Tertua di Dunia
“Mereka dengan hati-hati mendandani seluruh tubuh selama lebih dari 30 hari, pertama dengan minyak cedar dan persiapan tertentu lainnya. Kemudian dengan mur, kayu manis, dan rempah-rempah. Tidak hanya mengawetkan, bahan-bahan ini juga menimbulkan aroma harum.”
Membungkus semuanya
Ciri utama mumi adalah pembungkus linennya, seringkali merupakan langkah terakhir mumifikasi. Prosedur terakhir ini dilakukan dengan sangat khidmat. “Dibutuhkan waktu berhari-hari untuk membungkus seluruh tubuh,” Sosa menambahkan lagi.
Jumlah kain yang digunakan bervariasi dari satu mumi ke mumi lainnya, tergantung pada kemampuan ekonomi seseorang. Setiap tindakan didefinisikan dalam detail kecil dan disertai dengan mantra yang sesuai. Jimat dari berbagai jenis ditempatkan di dalam lipatan linen untuk memberikan perlindungan, serta papirus dengan mantra sihir.
Jika almarhum adalah anggota elit, mumi ditutupi dengan topeng dan ditempatkan di peti mati mewah. Baru setelah itu, mumi ditempatkan di dalam sarkofagus. Sebuah prosesi pemakaman membawa sarkofagus ke makam, ‘rumah keabadian’. Tubuh almarhum yang telah dilengkapi dengan baik untuk kerasnya kehidupan setelah kematian dapat bergabung kembali dengan unsur-unsur jiwanya. Setelah itu, barulah ia dapat dilahirkan kembali.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR