Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi pembelajaran mesin oleh Nicolas Mouquet di University of Montpellier, Prancis, dan rekan menemukan sesuatu yang unik dalam dukungan konservasi spesies ikan karang. Mereka menemukan, bahwa ikan yang tidak memiliki nilai estetika yang tinggi sebaliknya memiliki fungsi ekologis dan dukungan konservasi lebih.
Laporan studi tersebut diteritkan di PLOS Biology dengan judul "The aesthetic value of reef fishes is globally mismatched to their conservation priorities" pada 7 Juni 2022. Jurnal tersebut dapat diakses daring dan merupakan jurnal akses terbuka.
Untuk diketahui, ikan karang terkait erat dengan banyak populasi manusia, namun kontribusinya kepada masyarakat sebagian besar dipertimbangkan melalui nilai ekonomi dan ekologisnya. Nilai budaya dan intrinsik ikan karang bagi masyarakat dapat menjadi pendorong penting bagi investasi dan keberhasilan konservasi, tetapi tetap menjadi tantangan untuk diukur.
Nilai estetika mewakili salah satu cara paling langsung dan cepat yang digunakan masyarakat manusia untuk terlibat dengan keanekaragaman hayati. Nilai tersebut untuk kemudian dapat dievaluasi dari spesies hingga ekosistem.
Pada penelitian ini, para peneliti meminta 13.000 orang masyarakat untuk menilai daya tarik estetika dari 481 foto ikan karang bersirip pari dalam survei daring. Para peneliti kemudian menggunakan data ini untuk melatih jaringan saraf tiruan convolutional, salah satu jenis algoritma deep learning.
Mereka menggunakan jaringan saraf terlatih untuk menghasilkan prediksi untuk 4.400 foto tambahan yang menampilkan 2.417 spesies ikan karang yang paling banyak ditemui. Kemudian, mereka menggabungkan penilaian publik dengan prediksi jaringan saraf tiruan.
"Di sini, kami memberikan nilai estetika dari 2.417 spesies ikan karang bersirip pari dengan menggabungkan evaluasi intensif foto ikan oleh manusia dengan nilai prediksi dari pembelajaran mesin," tulis para peneliti dalam laporannya.
Para peneliti menemukan bahwa spesies ikan yang cerah dan berwarna-warni dengan tubuh bulat cenderung dinilai sebagai yang paling cantik. Namun, spesies yang diberi peringkat lebih menarik cenderung kurang khas dalam hal sifat ekologis dan sejarah evolusinya.
Selanjutnya, spesies yang terdaftar dalam Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) sebagai "Terancam". Atau, dengan kata lain, status konservasinya belum dievaluasi dan memiliki nilai estetika rata-rata yang lebih rendah daripada spesies yang dikategorikan sebagai "Risiko Rendah"
Spesies yang tidak menarik juga memiliki kepentingan komersial yang lebih besar, sedangkan nilai estetika tidak berkorelasi dengan kepentingan spesies untuk perikanan subsisten.
Para peneliti menjelaskan, mereka telah mengidentifikasi bias penting dalam nilai estetika spesies yang berkaitan dengan sejarah evolusi, sifat ekologis, dan status ancaman IUCN.
Source | : | PLOS Biology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR