Nationalgeographic.co.id—Mansa Musa adalah cicit Sunjata, yang merupakan pendiri kerajaan Mali. 25 tahun pemerintahannya (1312-1337 M) digambarkan sebagai zaman keemasan kekaisaran Mali.
Banyak catatan sejarah yang menyebutnya sebagai manusia paling kaya sepanjang sejarah. Mansa Musa mewarisi kerajaan yang sudah kaya raya. Pada titik ini, sebagian besar kerajaan di Eropa sedang berjuang secara finansial karena penurunan produksi emas dan perak.
Dilansir dari The Week, dalam laman resminya, menyebut pada saat kematiannya, tanah miliknya diperkirakan bernilai $340 miliar dalam bentuk uang modern seperti yang dijumpai hari ini, itu berkisar hampir 2% dari total output ekonomi Amerika Serikat.
Dengan kekayaannya pun, ia menunjukan jalan kesalehannya. Sebagaimana rukun dalam Islam, Mansa Musa yang lebih dari mampu, hendak melakukan perjalanan spiritualnya. Berhaji dari Timbuktu di Afrika Barat ke Makkah.
"Mansa Musa melakukan perjalanan haji menyusuri Sungai Niger ke Mema, lalu ke Walata. Selepasnya ia berangkat melalui Taghaza dan terus ke Tuat, yang merupakan pusat perdagangan di Afrika tengah," tulis Asiha R. Masterton.
Ia menulis kisah perjalanan haji Mansa Musa yang tercatat sepanjang sejarah kepada About Islam dalam artikel berjudul "The Historic Hajj of Mansa Musa, King of Mali" yang diterbitkan pada 24 Juni 2022.
Dia menunaikan haji pada tahun 1324 M. Menurut Levztion, perjalanan melintasi Afrika ke Makkah memakan waktu lebih dari setahun. Ia banyak mampir selama perjalanan ibadahnya.
Selama perjalanannya ke tanah suci, ia beserta pasukannya mampir di Mesir. Di sana, Mansa Musa berkemah dekat Piramida selama tiga hari. Dia kemudian mengirim hadiah 50.000 dinar kepada Sultan Mesir sebelum menetap di Kairo selama tiga bulan.
Mansa Musa memberikan ribuan batangan emas, dan para pedagang Mesir memanfaatkannya dengan membebankan harga lima kali lipat dari harga normal barang-barang mereka. Nilai emas di Mesir menurun sebanyak 25 persen.
Catatan Ibn Batutah menunjukkan bahwa Musa mengharapkan etiket, penghormatan tradisional yang sama dilakukan untuknya seperti halnya raja lainnya. Setelah dari Mesir, ia pun melanjutkan langkahnya hingga berhaji di Makkah.
Pasca-perjalanan spiritualnya, ia terinspirasi untuk membangun sebuah masjid. Bahkan, perjalanan haji Mansa Musa memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan Islam di Mali dan meluas ke seluruh Afrika dan Eropa.
Baca Juga: Cerita Para Jamaah Haji Perempuan Menyusuri Jalur Rempah ke Kota Suci
Baca Juga: Koin-Koin Arab Kuno Ungkap Aksi Keji Perompak Kapal Rombongan Haji
Baca Juga: Apa Saja Sukacita dan Nestapa Berhaji pada Zaman Hindia Belanda?
Hal itu dibuktikan dengan dibangunnya masjid di Timbuktu (sekarang Mali modern) yang menggaet arsitektur sohor dari Andalusia (sekarang Spanyol).
Menurut Levtzion, ziarah Mansa Musa ke Makkah untuk berhaji tercatat di banyak sumber, baik sumber Muslim maupun non-Muslim, sumber dari Afrika Barat dan Mesir.
Setelah perjalanan hajinya pun, Mali juga muncul pada peta orang-orang Yahudi dan Kristen di Eropa. Di Mali, Musa dikenal karena membangun masjid dan mengundang cendekiawan Islam dari seluruh dunia Muslim ke kerajaannya.
Sustainability: Kerap jadi Limbah, Kulit Buah Kakao Ternyata Bisa Hasilkan Antioksidan
Source | : | About Islam |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR