Penelitian ini, menurut peneliti, juga memiliki implikasi yang lebih luas karena pemain sepak bola berada dalam posisi unik selama pandemi yang sedang berlangsung dan hampir seperti burung kenari di tambang batu bara.
"Dunia sepak bola sangat tidak biasa karena ketika kita semua harus mengasingkan diri dari semua orang, mereka terus berlatih, bertemu dalam kelompok, dan bermain," katanya.
"Masih banyak yang dipelajari tentang dampak covid-19 dan kami berharap penelitian ini akan membantu mendukung klub saat mereka membimbing pemain kembali bermain dan membantu menginformasikan kebijakan kesehatan masyarakat tentang covid yang berkepanjangan."
Pada penelitian ini, satu klub anonim membuka pintunya untuk tim peneliti, yang juga termasuk akademisi dari University of Padua, University of Rome “Foro Italico”, University of Verona dan University College London.
Data 13 pemain yang terinfeksi COVID dipelajari selama kira-kira enam bulan. Mereka memiliki usia rata-rata 24. Sekarang diharapkan penelitian ini akan diperluas dengan lebih banyak tim yang ambil bagian untuk memahami dampak virus corona.
Girardi menambahkan, meskipun pada penelitian ini ukuran sampelnya relatif kecil, ini adalah data penting yang menunjukkan lebih banyak yang harus dilakukan untuk memahami dampak COVID pada orang muda yang sehat.
"Virusnya belum hilang dan tim olahraga adalah lingkungan berisiko tinggi yang dapat bertindak sebagai vektor nyata untuk infeksi," kata Girardi.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | University of Essex,Physiological Reports |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR