Nationalgeographic.co.id—Sejak merebaknya pagebluk yarsinia pestis—dikenal dengan wabah pes—pada 1918, peran rumah sakit di kawasan Surakarta menjadi sangat sibuk. Kebutuhan akses kesehatan meningkat kala itu.
Perhatian terhadap rumah sakit menjadi hal utama saat pagebluk menerjang. Selain rumah sakit Zending di Jebres, Surakarta, yang menerima pelayanan bagi para pasien, "Ziekenzorg merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah kolonial," tulis Ardiani Fajar Nurrina.
Ia menulis dalam Laporan Tugas Akhir kepada Universitas Sebelas Maret Surakarta berjudul Peran Humas dalam memberi Informasi Pelayanan Jaminan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta yang diterbitkan pada tahun 2013.
Masyarakat Solo akan menyebutnya dengan istilah "Sikensoro" yang berasal dari kata Ziekenzorg. Dibangun di atas tanah partikelir di daerah Mangkubumen, Surakarta, dengan nama Inlandsziekenhuis der Vereeninging Ziekenzorg.
Rumah sakit ini mendapatkan subsidi oleh pengelolanya Vereeninging voor Zieken verpleging in Nederlandsche-Indië (VZNI) di tahun 1907, yang merupakan badan pengelolaan dari pemerintah kolonial Belanda.
Dokter-dokter Belanda menjadi pelayan publik, meskipun masih menerapkan penggolongan pelayanan. Penetapan kelas sosial menjadi standarisasi pelayanan publik di zaman Hindia Belanda.
Stratifikasi atau penggolongan kelas sosial membagi orang Eropa sebagai pemuncak tatanan sosial, sedangkan kaum bumiputra (penduduk asli) menempati kelas terendah dalam stratifikasi sosial.
Akibat sering mendapatkan marjinalisasi dari pelayanan orang Eropa, masyarakat pribumi yang miskin mulai kesulitan mencari pelayanan kesehatan. Beruntung, beberapa tahun kemudian berdiri rumah sakit untuk pribumi.
Baca Juga: Pesjati, Takdir Balita Penyintas Pagebluk Pes di Hindia Belanda
Baca Juga: Karut-Marut Pagebluk Pes Pertama di Hindia Belanda
Baca Juga: Opium Hingga Empedu Babi Hutan Digunakan Sebagai Anestesi Zaman Dulu
Panti Rogo merupakan rumah sakit publik yang dirintis oleh Paku Buwana X. Meski semula masih bersifat eksklusif untuk keluarga kerajaan dan bangsawan, lama kelamaan rumah sakit Panti Rogo mulai terbuka untuk umum.
Setelah masuknya pasukan Jepang ke Jawa pada 1942, sejumlah rumah sakit jadi objek okupasional. Keberadaan para dokter Belanda Ziekenzorg dianggap sebagai mata-mata Sekutu. Mereka akhirnya di tawan di kamp-kamp Jepang dan dideportasi kembali ke Belanda.
Walau sempat beralih fungsi menjadi kamp militer Jepang, Ziekenzorg kembali menjadi pelayanan kesehatan pascakemerdekaan Republik Indonesia.
Namanya berganti menjadi Bale Kusolo dibawah pimpinan direktur R. Soemarno. Lantas berubah lagi menjadi RSUD Moewardi pada 1 Januari 1950 hingga hari ini, dan berlokasi di Jebres, Surakarta.
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR