Nationalgeographic.co.id—Agar pasokan makanan bisa tiba di konsumen, distribusi pangan yang aman dan efisien menggunakan konsep rantai makanan dingin pertanian (Agricultural Food Cold Chain/AFCC). Sistem ini penting agar pasokan pangan bisa tersedia dan terdistribusi. Penyimpanan dengan makanan dengan kondisi suhu rendah dan kelembaban yang optimal pun mempertahankan kualitasnya.
Masalahnya, industri seperti ini menghadapi tantangan seperti biaya lingkungan dan ekonomi, bahkan kesenjangan sosial. Terlebih, belakangan permintaan konsumen di negara-negara berkembang meningkat.
Para ahli semakin khawatir dengan industri AFCC karena konsumsi energi, emisi karbon, dan pemborosan makanan yang tinggi, serta upah karyawan yang tidak mencukupi. Sehingga, para ahli juga harus memikirkan bagaimana konsep manajemen industri AFCC yang berkelanjutan dan adil.
Masalah itulah yang akhirnya dicarikan solusinya oleh sekelompok peneliti dari Tiongkok dan Korea Selatan. Mereka melakukan analisis 'sistem' untuk memahami proses yang berkontribusi pada praktik berkelanjutan industri distribusi makanan dingin.
“Studi kami menunjukkan bahwa perlu untuk membangun hubungan yang jelas antara pemangku kepentingan dalam perusahaan yang mengejar bisnis AFCC," kata Keun-Sik Park, pemimpin penelitian dan seorang profesor di Department of International Logistics, Chung-Ang University, Seoul, Korea Selatan.
"Ini dapat memastikan peningkatan berkelanjutan dari praktik AFCC yang berkelanjutan dan membantu transisi hijau yang lebih mulus,” lanjutnya dalam rilis.
Makalah mereka tersedia di jurnal Business Strategy and the Environment berjudul Identifying critical success factors for the agri-food cold chain's sustainable development: When the strategy system comes into play. Laporan itu diterbitkan pada Mei 2022 silam.
Baca Juga: Krisis Pangan Akibat Iklim, Genetika Tanaman Buatan Jadi Solusinya
Baca Juga: Cerita Sekerat Rendang: Benarkah Adaptasi Cara Memasak Portugis?
Baca Juga: Rahasia Kimia di Balik Barbekyu Bakar Berasap yang Begitu Lezat
Baca Juga: Harapan untuk Pangan: Fotosintesis Buatan Tanpa Sinar Cahaya Matahari
Analisis Park dan timnya lewat tinjauan beragam aspek, seperti teori yang berhubungan pada sistem yang memberikan pengaruh pada industri ini. Mereka tidak hanya melakukan pencarian literatur dan pengumpulan data, tetapi juga dengan wawancara yang diikuti oleh evaluasi dan analisis keputusan untuk 58 institusi di sekitar Beijing, Tiongkok.
"Proses urbanisasi di Tiongkok mempercepat permintaan rantai dingin, yang pada gilirannya memperburuk masalah lingkungan, biaya, dan sosial," jelas Park. "Akibatnya, kita harus mengembangkan praktik sistematis yang memperkuat inisiatif hijau yang efektif.”
Kemudian mereka menentukan keterkaitan hierarkis antara faktor-faktor penentu keberhasilan yang berbeda dan kekuatan pendorong yang beroperasi. Menurut mereka, pendorong penting dalam manajemen ini berupa pemangku kepentingan, posisi strategis, kebijakan berkelanjutan, komitmen manajemen, dan investasi berkelanjutan.
Hasilnya, mengatasi tekanan pemangku kepentingan muncul sebagai faktor yang signifikan. Mereka menyimpulkan, bahwa pengetahuan ini seperti yang sudah diketahui umum, Manajemen pemangku kepentingan dan dukungan manajerial dari perusahaan papan atas dapat meningkatkan dampak keberlanjutan dalam rantai pasokan pangan.
Para peneliti menjelaskan, perlu bagi suatu lembaga agar efisien menangani tekanan ari pemangku kepentingan seperti pemerintah, investor, dan konsumen. Kebanyakan dari pemangku kepentingan menuntut kepemimpinan yang berkomitmen dan metodis.
Singkatnya, temuan ini menekankan agar pemerintah harus mendanai bisnis pasokan pangan di tingkat pemangku kepentingan. Hal ini bermanfaat agar dana bisa tepat waktu untuk membiayai penerapan rantai makanan dingin pertanian yang berkelanjutan, terang para peneliti.
Tak hanya itu, komunikasi yang efektif dengan industri AFCC diperlukan. Dengan demikian, ada kepercayaan yang tumbuh, serta meningkatkan transparansi operasional dan produksi. Perbaikan sistem ini bisa bekerja dengan baik dalam masalah upah karyawan sebagai penggerak operasional dan produksi, terang tim.
Di sisi lain, dengan pendanaan yang dibantu oleh pemerintah, lembaga juga harus meningkatkan hak-hak majikan mereka--masyarakat. Hak itu berupa keharusan bagi lembaga menerima dan menanggapi umpan balik konsumen supaya memastikan kesejahteraan.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR