Nationalgeographic.co.id—Ferdinand Magellan adalah seorang bangsawan Portugis sohor di abad keenam belas yang berjuang untuk Portuguese (Portugis) dalam perang melawan kerajaan Muslim di wilayah Samudra Hindia dan Maroko.
Setelah berselisih dengan Raja Manuel dari Portugis, Magellan pindah ke Spanyol, di mana ia mendapat komisi dari Raja Charles I (kemudian Kaisar Charles V dari Kekaisaran Romawi Suci) untuk menemukan jalan melalui Amerika ke laut barat.
Pada saat itu, tidak ada kapal yang berhasil menemukan jalur seperti itu. Bahkan, "lautan barat" belum diberi nama. "Awak Magellanlah yang kemudian menamainya dengan Samudra Pasifik ketika mereka mencapainya pada awal tahun 1521," tulis Matthew Weber.
Weber menulisnya kepada History Collection dalam sebuah artikel berjudul "Today in History: Ferdinand Magellan Dies (1521)" yang terbit pada 27 April 2017. Pada tahun 1517, Magellan menawarkan jasanya kepada Raja Charles I.
"Magellan mengusulkan agar dia berlayar ke barat, dengan harapan menemukan selat melalui Amerika yang baru didirikan (untuk orang Eropa). Ia kemudian berharap bisa tiba di kepulauan rempah, yang kini dikenal sebagai Kepulauan Maluku di Indonesia," imbuhnya.
Maluku sudah diketahui sebagai pulau penghasil rempah yang cukup bernilai di abad keenam belas. Rempah yang dihasilkan di sana, menjadi komoditas berharga yang menguntungkan.
Pada tahun 1494, Paus menengahi perselisihan antara Portugis dan Spanyol dengan menyatakan bahwa segala sesuatu di timur garis demarkasi adalah milik Portugis dan segala sesuatu di barat adalah milik Spanyol. Perjanjian ini kemudian dikenal dengan Perjanjian Tordesillas.
Magellan sempat sangat meremehkan luas ukuran Bumi. Bagaimanapun, ketika dia berangkat pada 20 September 1519, dengan lima armada kapal dan 270 orang, dia tidak tahu berapa lama dan sulitnya perjalanannya.
"Magellan memang menemukan apa yang dia cari. Dia menemukan apa yang sekarang dikenal sebagai Selat Magellan pada bulan Oktober 1520," tambah Matthew Weber dalam artikelnya.
Pada saat Magellan dan krunya mencapai perairan Pasifik, mereka mulai kehabisan makanan. Akibat kelaparan hebat, mereka mulai memakan kulit dan serat pada seragam dan peralatan mereka untuk sekadar mengisi perutnya.
Baca Juga: Kisah di Balik Ekspedisi Magellan Mencari Jalur Rempah yang Baru
Baca Juga: Merapah Rempah: Benarkah Lapu-Lapu Membunuh Magellan? Simak Kisahnya
Baca Juga: Setelah Kalah Melawan Lapu-lapu, ke Mana Ekspedisi Magellan Pergi?
Memasuki bulan Maret 1521, Ferdinand Magellan dan kru mencapai Guam, dan beberapa hari kemudian mendarat di Filipina. Filipina hanya 400 mil dari Kepulauan Rempah-rempah, Kepulauan Maluku di Nusantara.
Nahas, hanya sebulan membangun koloni mereka di Filipina, pada tanggal 27 April 1521, Magellan terbunuh di Filipina. Diperkirakan ia memutuskan untuk membantu seorang kepala suku setempat untuk menghadapi suku saingannya di pulau Cebu.
Dalam keterlibatannya pada pertikaian suku setempat, Magellan terkena panah beracun selama pertempuran. Malangnya Magellan kala itu ditinggalkan oleh mantan krunya dan dibiarkan mati begitu saja.
Dengan hanya dua dari lima kapal yang tersisa, para kru Magellan yang telah meninggalkannya, berpisah dan memutuskan untuk membawa rempah-rempah kembali ke Spanyol.
Cita-cita Magellan untuk menginjakkan kaki di kepulauan rempah Maluku, akhirnya dilanjutkan oleh beberapa pelayar Spanyol di bulan-bulan selanjutnya.
Source | : | History Collection |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR