Pembunuhan Commodus mendorong Romawi ke jurang kekacauan
Laetus, Electus, dan Marcia mendekati Pertinax dan menawarinya takhta. Pertinax, seorang negarawan berpengalaman, mengerti bahwa dia membutuhkan bantuan Garda Praetoria. Jika Garda Praetoria tidak menyukai kaisar, kemungkinan besar ia akan dibunuh oleh mereka.
Pertinax menawarkan para prajurit penjaga sejumlah besar uang untuk membeli dukungan mereka. Kemudian dia mendekati Senat untuk memastikan dia mendapat dukungan. Para senator, yang berselisih dengan Commodus, sangat senang melihat perubahan.
“Selain takut dibunuh, keikutsertaan Commodus dalam permainan gladiator membuat para senator jijik,” ujar Dasgupta. Seorang kaisar Romawi yang berdandan untuk bertarung di arena bersama budak adalah konsep asing di dunia kuno.
Pertinax memiliki visi yang sama dengan Aurelius. Pada tanggal 31 Desember 192 Masehi, Pertinax mengambil alih Kekaisaran Romawi.
Pertinax menemukan Romawi dalam keadaan berantakan. Perbendaharaan kosong. Pertarungan gladiator yang mahal menghabiskan keuangan kekaisaran. Prioritas pertamanya adalah memulihkan ketertiban dan disiplin di antara rakyatnya.
Menurut senator dan sejarawan Romawi Cassius Dio:
“Dia (Pertinax) segera mereduksi segala sesuatu yang sebelumnya tidak teratur dan membingungkan. Ia menunjukkan kemanusiaan dan integritas dalam administrasi kekaisaran. Juga manajemen yang paling ekonomis dan pertimbangan yang paling hati-hati untuk kesejahteraan publik.”
Tetapi apakah orang akan menyukai tindakan tegas setelah terbiasa dengan kehidupan mewah di bawah Commodus?
Commodus memanjakan orang-orang Romawi. Ia memanjakan rakyat dengan pengeluaran boros untuk hiburan. Garda Praetoria pun dibanjiri dengan hadiah mewah. Secara alami, orang-orang menolak upaya Pertinax untuk menegakkan kembali ketertiban.
Pertinax menjual barang-barang Commodus, termasuk pasukan selir dan budaknya, untuk mengisi kembali pundi-pundi kekaisaran.
Garda Praetoria tentu mengharapkan bonus dari kaisar baru itu, sayangnya Pertinax berbeda dengan Commodus. Tetapi kemudian, untuk mengekang perbedaan pendapat, Pertinax memberi mereka bonus tetapi tidak dapat memenangkan kesetiaan mereka. Garda Praetoria pun akhirnya selalu memandang kaisar dengan curiga.
Source | : | Medium.com |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR