Selama pemerintahan Commodus, gubernur beberapa provinsi Romawi menjadi sasaran. Maka, ini membuat orang perpikir jika kaisar diganti, beberapa gubernur akan senang. Namun kenyataannya, mereka menjadi skeptis terhadap jabatan kaisar dan memandang Pertinax dengan curiga.
Pertinax juga mencoba mereformasi sistem kesejahteraan Roma. Namun orang-orang tidak puas dengan langkah-langkah penghematan yang dilakukan kaisar.
Pertinax menemukan beberapa otoritas terlibat dalam korupsi dan penggelapan dan mulai menindak mereka. Seperti yang bisa ditebak selanjutnya, kaisar baru ini pun tidak punya banyak teman di pemerintahan.
Terlepas dari kekaguman Senat, Pertinax kehilangan kepercayaan rakyat, militer, dan pemerintah.
Konspirasi untuk menyingkirkan Pertinax
Kaisar mengetahui konspirasi untuk membunuhnya saat memeriksa kargo gandum di Ostia. Quintas Sosius Falco, seorang anggota Garda Praetoria, memimpin rencana itu. Falco selamat dari hukuman mati, tetapi Pertinax mengeksekusi para konspirator lainnya.
Pada tanggal 28 Maret 193 Masehi, lebih dari 300 anggota Garda Praetoria menyerbu istana. Electus, yang sekarang menjadi bendahara Pertinax, memintanya pergi. Alih-alih melarikan diri, kaisar memutuskan untuk berunding dengan para prajurit.
Dia mengirim Laetus untuk membahas masalah yang dihadapi oleh Pengawal. “Sayangnya Pertinax salah langkah,” Dasgupta menambahkan.
Laetus mengkhianati kaisar dan memihak Garda Praetoria. Para prajurit mengeklaim bahwa mereka hanya menerima setengah dari gaji yang dijanjikan.
Baca Juga: Elagabalus, Kaisar Romawi yang Paling Iseng dan Penuh Lelucon
Baca Juga: Megahnya Domus Aurea, Istana Emas Simbol Kejatuhan Kaisar Romawi Nero
Baca Juga: Di Balik Kepemimpinan Kaisar Romawi, Ada Wanita Kuat dan Berpengaruh
Baca Juga: Jabatan yang Menggiurkan, Bagaimana Orang Romawi Bisa Jadi Kaisar?
Saat ia mencoba untuk mengatasi kekhawatiran Garda Praetoria, seorang petugas menikamnya dengan pedang, berseru bahwa itu adalah “hadiah” dari para prajurit.
Kepala Pertinax dipenggal dan diarak di jalan-jalan Roma. Karena dia tidak menunjuk penerus, kekaisaran pun terjerumus dalam perang saudara. Tahun 193 Masehi dikenang sebagai tahun paling kacau dalam sejarah Romawi, yang dikenal sebagai Tahun Lima Kaisar.
Pertinax mencoba mengembalikan nilai-nilai Marcus Aurelius. Sayangnya, itu membuatnya menjadi tiran di mata banyak orang. Masyarakat yang telah terbiasa dengan dekadensi tidak menyukai reformasinya.
Dia mungkin mencoba mengubah keadaan terlalu cepat. Pembunuhannya menjadi pengingat bahwa masyarakat yang korup tidak menerima ide-ide baru. Meskipun pemerintahannya hanya berlangsung tiga bulan, sejarawan memandang Pertinax dengan hormat.
Kisahnya adalah kisah seorang nonunggulan yang sempurna. Seorang pria yang lahir di tengah keluarga mantan budak, tanpa pengalaman militer, dan menjadi orang paling berkuasa di Romawi.
Source | : | Medium.com |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR