Nationalgeographic.co.id - Profesi dan pekerjaan mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Pekerjaan-pekerjaan yang dianggap normal di masa lalu mungkin akan membuat kita mengernyitkan dahi. Misalnya di zaman Romawi kuno, ada orang yang bekerja sebagai pencabut bulu ketiak. Pengumpul urine pun merupakan pekerjaan lazim saat itu. Untungnya, beberapa pekerjaan aneh di zaman Romawi kuno mungkin tidak kita temukan lagi di zaman sekarang ini.
Pencabut bulu ketiak
Praktik mencabut bulu ketiak tersebar luas selama awal Kekaisaran Romawi. Ini diketahui lewat surat yang ditulis oleh Seneca Muda. Dalam suratnya itu, ia menyarankan bahwa tidak mencabut bulu ketiak berarti lalai dalam melakukan perawatan pribadi.
Praktik ini masuk akal, terutama mengingat aroma yang mungkin muncul akibat bulu-bulu yang tidak diinginkan itu.
Tidak semua bulu atau rambut harus dicabut. Seneca mengkritik pria yang mencabuti bulu kaki mereka. “Menurutnya, itu menunjukkan ciri seseorang yang sia-sia dan banci,” tulis Alexander Meddings di laman History Collection.
Ternyata, orang Romawi memiliki standar khusus dalam hal rambut di tubuh itu. Wanita diharapkan untuk mencukur agar tidak berbau “kambing liar di area ketiak”. Atau memiliki kaki yang penuh dengan rambut kasar. Pria, di sisi lain, memiliki sedikit lebih banyak fleksibilitas dalam hal menghilangkan rambut tubuh mereka. Semua ini diungkapkan oleh Pujangga Romawi Ovid.
Seorang alipilus atau pencabut bulu ketiak bisa ditemukan di pemandian umum Romawi kuno. Mereka adalah budak yang bertugas untuk mencabuti bulu-bulu yang tidak berguna di tubuh.
Pengumpul urine
Urine akan diambil dari toilet umum dan tangki septik yang meluap. Kemudian, urine akan digunakan untuk berbagai proses kimia, dari merendam kulit binatang sebelum penyamakan hingga mengekstrak amonia untuk membersihkan pakaian. Bahkan, urine juga digunakan untuk memutihkan gigi di masa itu.
Meski berbau menyengat, urine memiliki banyak manfaat dan dikumpulkan oleh orang-orang yang membutuhkannya. Bahkan urine yang bau pun bisa menghasilkan uang. Namun, bayangkan orang pekerjaannya mengumpulkan urine itu. Ia mungkin tersiksa dengan bau menyengatnya.
Baca Juga: Mengenal Pajak Urine Zaman Romawi Kuno, Bagaimana Ketentuannya?
Baca Juga: Inilah Pekerjaan yang Paling Banyak Peminatnya pada Abad Pertengahan
Baca Juga: Mandi Sebagai Budaya yang Istimewa bagi Masyarakat Romawi Kuno
Nilai ekonomis urine membuat Kaisar Vespasianus pun menarik pajak urine. “Pajak urine diperkenalkan oleh Kaisar Nero tetapi sempat dihentikan pelaksanaannya,” tambah Meddings. Baru pada masa Kaisar Vespasianus, pajak urine digalakkan kembali. Sang kaisar ingin mengisi pundi-pundi kekaisaran yang kosong akibat ulah Nero.
Pendayung
Di zaman Romawi, kapal-kapal perang didayung oleh ratusan pendayung. Pekerjaan ini sangat menguras tenaga. Selain jatah makanan sehari-hari yang sangat sedikit, tidak ada konsep "hari libur" bagi para pendayung Romawi.
Pendayung yang dianggap malas akan dicambuk oleh penjaga yang berdiri di belakang mereka dan mengawasi setiap saat.
Salah satu kesalahpahaman umum adalah bahwa semua pendayung adalah budak. Anggapan ini disebarkan oleh film-film seperti "Ben Hur".
Akan tetapi pada kenyataannya, tidak masuk akal untuk memiliki orang yang kurang terlatih untuk mendayung kapal perang. Selain itu, loyalitas budak pun diragukan jika musuh menyerang kapal. Bisa saja mereka langsung berpihak pada musuh.
Sebaliknya, mendayung dianggap sebagai pekerjaan (meskipun buruk) yang membutuhkan pelatihan intensif. Selama periode Yunani kuno, pendayung adalah pekerjaan vital. Tidak seperti orang Romawi, orang Yunani bukanlah pembangun jalan yang hebat. Dengan akses ke pantai, orang Yunani harus mempertahankan perairannya dari bajak laut.
Penambang kekaisaran
Penambang kekaisaran merupakan salah satu pekerjaan terburuk. Pekerjanya terdiri dari budak, orang bebas, dan kriminal. “Bahkan bagi orang Romawi, hukuman ini merupakan hukuman yang lebih buruk dari kematian,” Meddings menambahkan.
Kondisi kerja para penambang itu berbahaya dan tidak manusiawi, sehingga sering terjadi kecelakaan. Konon, tidak sedikit yang memutuskan untuk bunuh diri agar terlepas dari pekerjaan yang menyiksa.
Petinju
Meski tidak sepopuler gladiator, pertarungan tinju juga disukai di zaman Romawi kuno. “Aturan dan teknik tinju orang Romawi sangat dipengaruhi oleh orang Yunani dan Etruria,” ungkap Matthew Vivonia di laman World History Encyclopedia.
Kekerasan sudah biasa terjadi dalam pertandingan tinju di zaman Romawi. Tidak ada keraguan bahwa tingkat cedera yang terjadi bisa sangat serius.
Memar di kepala, kebocoran atau penggumpalan aliran darah di jaringan tubuh, cedera telinga, patah tulang hidung, gigi copot, dan bahkan kematian sangat mungkin dialami oleh petinju. Tidak sedikit yang mengalami cacat seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan oleh teknologi medis dunia kuno.
Meski berbahaya, tinju sangat disukai dan dicintai oleh orang Romawi. Maka muncul ketakutan bila anak laki-laki lebih suka bertarung dalam tinju daripada menjadi tentara dan berperang.
Itu beberapa pekerjaan di zaman Romawi kuno yang mungkin membuat orang modern heran. Namun, pekerjaan-pekerjaan tersebut dianggap normal di masanya.
Source | : | History Collection,World History Encyclopedia |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR