Di saat itu, sembari mendayung saya juga baru menyadari bahwa kawan kami, Lae Anjas Rajagukguk, juga tidak selamanya hidup di Sibandang. Kisahnya merepresentasikan banyak putra-putri Sibandang yang memilih dengan sadar untuk kembali dari rantau dan hidup tentram merawat tanah leluhur.
Di negeri rantau mereka secara ekonomis lebih makmur. Namun nilai-nilai adat dan kekeluargaan yang di sediakan di daerah asal dianggap lebih menjanjikan kebahagiaan. Ini membuat banyak dari mereka memiliki wawasan dan pengalaman hidup yang luas.
Anjas Rajagukguk adalah lulusan Akademi Maritim Belawan. Ia telah bekerja hampir sepuluh tahun di dunia pelayaran, bekerja menghubungkan pulau-pulau di sekujur Nusantara. Dengan penghasilan dan pengalaman di dunia pelayaran, ia tidak menganggap kehidupan di desanya tertinggal. Ia justru melihatnya sebagai hidup tentram yang ideal.
Anjas kemudian menikah dengan perempuan Batak boru Siregar dari Muara. Atas alasan itu ia memutuskan kembali ke desa setelah lama merantau.
Rosmayo Julianti boru Siregar, istri Anjas, adalah lulusan Sekolah Tinggi Teologia di Jakarta. Kini, ia membantu suaminya berkebun dan membesarkan dua orang anak.
Jauh dari stigma bahwa pekerja kebun memiliki wawasan yang sangat lokal. Berbincang dengan Anjas, istrinya, dan kebanyakan orang di Sibandang, rasanya kita berbicara dengan orang-orang dengan pengalaman idup dan selera humor yang sangat maju dan menyenangkan.
Saat kami mendarat dari mendayung kayak dan hendak trekking di dalam pulau, Anjas memperkenalkan kami dengan Kepala Desa Sibandang, Hurrican Rajagukguk. Sang Kades ternyata lama menuntut ilmu di Bandung, tempat asal saya, istri saya, dan rekan fotografer saya.
Dorongan merantau adalah kepatutan dalam adat dan keluarga mereka. Namun demikian, mereka tidak kehilangan perspektif tentang keutamaan dan ketentraman daerah asal. Inilah hal yang saya kagumi dari orang-orang di Sibandang.
Trekking
Berjalan menjelajah Pulau Sibandang merupakan pengalaman yang menenangkan.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR