Pemerintah Ming kemudian menganggap praktik semacam itu bertentangan dengan gagasan Konfusianisme tentang berkabung yang khusyuk. Pejabat memutuskan untuk mencambuk tuan rumah ritual ini dan memaksa biksu yang terlibat untuk kembali ke kehidupan sekuler.
Namun, berbagai catatan dari periode tersebut menunjukkan bahwa undang-undang ini tidak selalu ditegakkan secara ketat. Itu memberi ruang bagi masyarakat umum untuk mengembangkan banyak kebiasaan berkabung rakyat yang melibatkan nyanyian, tarian, dan biksu. Sebagian tradisi bertahan hingga kini.
Ritual berkabung memengaruhi karier politik
Ritual berkabung juga bisa memengaruhi politik. Salah satu ritual berkabung yang penting bagi pejabat di Dinasti Han mewajibkan mereka untuk menunda karier ketika orang tuanya meninggal.
Disebut dingyou, pejabat harus segera mengundurkan diri dan kembali ke kampung halamannya untuk berkabung selama 27 bulan hingga 3 tahun. Para sarjana, di sisi lain, dilarang mengikuti ujian kekaisaran selama masa berkabung.
Meskipun mereka dapat kembali ke posisi semula, cuti berkabung biasanya merupakan kemunduran bagi karier. Lawan politik juga dapat mengambil kesempatan untuk mencari kesalahan dan melaporkan setiap pelanggaran ke pengadilan. Pada akhirnya itu dapat berujung pada penurunan pangkat.
Baca Juga: Setelan Baju Batu Giok Abadi dari Makam Elite Dinasti Kaisar Tiongkok
Baca Juga: Pembantaian Wu Hu, Kekejaman Jenderal Ran Min di Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Shang Mereformasi Kekaisaran Tiongkok Dinasti Qin, Tapi Tewas Tragis
Penyair Tang terkenal dan pejabat Bai Juyi adalah korban dari skema semacam itu. Selama masa berkabung untuk ibunya, dia menulis dua puisi berjudul “Menghargai Bunga” dan “Sumur Baru”. Padahal, sang ibu meninggal akibat terjatuh ke sumur saat mengangumi bunga. Namun puisi Bai tidak ada kaitannya dengan ibunya.
Ini dilaporkan ke pengadilan kekaisaran oleh lawan-lawannya, yang mengeklaim itu sebagai tindakan tidak berbakti. Bai diturunkan dari posisinya di pemerintahan pusat ke posisi provinsi.
Tentu saja, selalu ada pengecualian. Jika kaisar menganggap pejabat tertentu terlalu penting untuk meninggalkan tugasnya, dia dapat memerintahkan mereka untuk tetap bertugas selama masa berkabung.
Salah satu insiden terkenal melibatkan politisi Dinasti Ming, Zhang Juzheng, yang memegang jabatan tertinggi di pemerintahan.
Dia berada di tengah-tengah reformasi politik ketika mengetahui ayahnya meninggal dunia. Meskipun dia berkali-kali memohon kepada kaisar untuk mengundurkan diri, kaisar menolak. Zhang harus tetap bekerja dan menemukan cara untuk berkabung sambil menjalani kehidupan sehari-harinya.
Seiring dengan berjalannya waktu, ritual berkabung dan aturannya mengalami perubahan. Namun sebagian kecil tradisi dari masa lalu masih ditemukan di zaman modern.
Source | : | The World of Chinese |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR