Temperatur ini akan "mampu menyebabkan kematian seketika, meski hanya menyisakan beberapa desimeter abu di tanah," tulis para peneliti seperti dikutip Science Alert.
Menariknya, sinyal suhu tertinggi terdeteksi pada sampel kayu dari bagian utara kota, di Collegium Augustalium, tempat ditemukannya otak vitrifikasi.
Temperatur yang lebih dingin yang sebelumnya terdeteksi di pantai di barat daya kota itu mungkin dijelaskan oleh interaksi antara air laut dan awan abu saat awan itu pertama kali mencapai pantai, saran para peneliti.
Gelombang panas berikutnya dari letusan membawa lebih banyak abu dan puing-puing pada suhu yang sedikit lebih dingin, antara 390 °C dan 465 °C, dan 315 °C hingga 350 °C.
Aliran panas yang disebut arus densitas piroklastik encer ini telah dikaitkan dengan beberapa bencana gunung berapi paling mematikan. Termasuk letusan Gunung Pelée tahun 1902, yang menewaskan hampir 30.000 dalam seketika.
Saksi letusan Gunung Vesuvius di Herculaneum sebenarnya menggambarkan melihat awan "melayang seperti aliran air di atas tanah".
Seperti yang dicatat para peneliti, bukan hanya aliran cair yang sangat tinggi yang bisa mematikan, tetapi kombinasi tekanan dinamis, gas asam, dan mati lemas akibat menghirup abu.
Baca Juga: Kisah Pilu Pria yang Gagal Melarikan Diri dari Letusan Vesuvius
Baca Juga: Pernah Hancurkan Dua Kota Romawi, Akankah Vesuvius Meletus Lagi?
Baca Juga: Dahsyatnya Letusan Vesuvius, Hanya Butuh 15 Menit Musnahkan Pompeii
Meskipun hanya sedikit yang tersisa dari Herculaneum saat ini, akhir kota yang dramatis ini berfungsi sebagai peringatan potensi mendidih Gunung Vesuvius untuk meletus lagi.
Para peneliti menyarankan agar bangunan di dalam 'zona merah' Gunung Vesuvius—tempat tinggal sekitar 700.000 orang—harus diperkuat. Hal ini untuk melindungi penduduk dari dampak panas dari setiap potensi letusan di masa depan, seandainya mereka tidak dapat mengungsi tepat waktu.
“Dampak mematikan yang terdokumentasi untuk arus densitas piroklastik encer yang dihasilkan selama letusan gunung berapi purba dan baru-baru ini menunjukkan bahwa bahaya semacam itu patut mendapat pertimbangan lebih besar di Vesuvius dan di tempat lain,” tulis para peneliti.
Source | : | Science Alert,Scientific Reports |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR