Untuk membatasi kerusakan ekonomi dari impor ini, pada tahun 1548 penguasa Bavaria, Wilhelm IV memberi Baron Hans VI von Degenberg hak istimewa khusus untuk membuat dan menjual bir gandum di wilayah perbatasan ke Bohemia.
Ketika cucu Hans von Degenberg gagal menghasilkan ahli waris, keluarga tersebut akhirnya mati dan, pada 1602, penguasa baru Bavaria, Maximilian Agung, merebut hak istimewa bir gandum khusus untuk dirinya sendiri dan mengambil alih pabrik bir Schwarzach von Degenbergs.
Pada bulan Oktober tahun itu, ragi dari tempat pembuatan bir gandum dibawa ke tempat pembuatan bir Duke di Munich, tempat para peneliti mengusulkan terjadinya hibridisasi yang terkenal dan S. pastorianus lahir.
Baca Juga: Alkohol Jadi Minuman Suci Wanita Hamil Bagi Orang Mesoamerika Kuno
Baca Juga: Ketika Ilmuwan Membangkitkan Kembali Bir Firaun dari Mesir Kuno
Baca Juga: Ilmuwan Ceko Meracik Bir Mengikuti Resep Berusia 3.000 Tahun
Setelah itu, para peneliti di sini menunjukkan, galur S. pastorianus dari Bavaria menyebar ke seluruh Eropa dan merupakan sumber dari semua galur ragi bir modern.
Hasil penyelidikan para peneliti terhadap catatan sejarah, bersama dengan data filogenomik (evolusi dan genomik) yang dipublikasikan, menunjukkan bahwa dominasi ragi bir S. pastorianus berkembang dalam tiga tahap.
Pertama, strain ragi S. cerevisiae datang ke Munich dari Bohemia, tempat pembuat bir membuat bir gandum setidaknya sejak abad ke-14.
Kedua, S. cerevisiae yang diperkenalkan ke tempat pembuatan bir Munich pada tahun 1602 dikawinkan dengan S. eubayanus, yang sudah terlibat dalam pembuatan bir ala Munich, memunculkan S. pastorianus.
Dan akhirnya, ragi S. pastorianus yang baru pertama kali didistribusikan di sekitar pabrik bir Munich, lalu ke seluruh Eropa dan dunia.
Para peneliti di sini mencatat bahwa kemunculan bersama S. pastorianus dengan metode pembuatan bir berteknologi maju di Munich, dan kesediaan pembuat bir Munich untuk berbagi pengetahuan (dan ragi yang sebenarnya) mungkin telah berkontribusi pada dominasi strain tersebut.
“Ada ironi tertentu bahwa ketidakmampuan Hans VIII von Degenberg untuk menghasilkan anak laki-laki memicu peristiwa yang menyebabkan terciptanya ragi bir, kata Mathias Hutzler, salah satu penulis utama makalah tersebut.
“Saat satu silsilah mati, yang lain dimulai. Tidak ada ahli waris—tetapi warisan yang dia tinggalkan menjadi milik dunia!”
Source | : | Oxford University News,FEMS Yeast Research |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR