Nationalgeographic.co.id—Cyclops (yang berarti “bermata lingkaran”) adalah raksasa bermata satu yang pertama kali muncul dalam mitologi Yunani Kuno.
Orang Yunani mempercayai bahwa ada ras cyclops tinggal di negeri yang di dalamnya tak ada hukum dan aturan.
Homer, dalam Iliad-nya, menggambarkan para Cyclops sebagai penggembala yang buas.
“Tipikal makhluk aneh yang diciptakan orang Yunani untuk mewakili masyarakat asing yang tidak dianggap beradab seperti mereka,” jelas Mark Cartwright, seorang penulis sejarah dari Prancis.
Meskipun barbar, bukan berarti para Cyclops tak memiliki keahlian. Faktanya, mereka berperan dalam pembuatan petir yang digunakan Zeus sebagai senjata.
Disebutkan juga, mereka membangun tembok benteng raksasa seperti yang masih terlihat di situs-situs Mycenaean saat ini.
Cyclops yang paling terkenal dalam mitologi Yunani adalah Polifemos. Kisahnya muncul dalam wiracarita “Odyssey” karya Homer.
“Cyclops, dan khususnya kisah Odysseus, merupakan subjek yang populer dan abadi dalam semua bentuk seni Yunani dan Romawi,” jelas Mark.
Asal-usul Cyclops dalam Mitologi Yunani
Hesiod (sekitar 700 SM), menulis dalam Theogony-nya, mengatakan bahwa Cyclopes adalah anak-anak Bumi (Gaia) dan Langit (Ouranos/Uranus).
Para Cyclopes diperkirakan tinggal di sebuah negeri tanpa hukm yang jauh dan tidak diketahui lokasi atau namanya.
Tinggal di gua-gua, makhluk-makhluk raksasa ini menjalani kehidupan pastoral yang sederhana dengan menggembalakan domba dan kambing.
Hesiod menamai tiga cyclope sebagai Brontes (Guntur), Steropes (Petir), dan Arges (Terang). Kelompok ini kemudian melahirkan lebih banyak anak dari jenis mereka.
Namun, ketiganya kemudian dibunuh oleh Apollo sebagai pembalasan dendam atas pembunuhan Zeus terhadap putranya, Asclepius. Kemudian dikisahkan mereka menghantui Gunung Etna di Sisilia.
“Memang, banyak tradisi lokal Yunani yang mengaitkan cyclop dengan gunung berapi,” jelas Mark.
Mungkin karena kawahnya mengingatkan kita pada satu mata cyclop, yang sering digambarkan dalam literatur kuno sebagai ‘terbakar’.”
Hesiod juga menyebut Cyclopes sebagai pengrajin ulung dan asisten dewa Hephaistos, yang merupakan pandai besi terbaik dan penemu cerdik.
Sejarawan terkenal dan ahli mitologi Yunani, Robert Graves, membuat hubungan antara Cyclopes, api, dan metalurgi.
“Cyclopes tampaknya merupakan serikat pengrajin perunggu Helladic Awal. Cyclops berarti 'bermata cincin', dan mereka kemungkinan besar telah ditato dengan cincin konsentris di dahi, untuk menghormati matahari, sumber api tungku mereka,” terang Robert.
Robert menambahkan bahwa Cyclops juga bermata satu, dalam arti “bahwa para pandai besi sering menaungi salah satu matanya dengan penutup agar tidak terkena percikan api.”
Cyclops sang Pengrajin & Pembangun
Para Cyclopes membantu para dewa Olimpus yang dipimpin oleh Zeus untuk mengalahkan para Titan.
Pertempuran itu terjadi selama sepuluh tahun, yang dikenal sebagai “Pertempuran Titanomachy”.
Sebagai rasa terima kasih kepada Zeus karena telah membebaskan para Cyclops dari kurungan Uranus, mereka membuatkan Zeus senjata petir.
Konon, senjata petir itu digunakan oleh Zeus untuk melawan Asclepius, manusia setengah dewa dan ahli pengobatan.
Zeus menganggap bahwa kemampuan medis Asclepius yang terlalu hebat akan membuat perpecahan abadi antara para dewa dan manusia.
Cyclopes juga membuat helm Hades yang membuat pemakainya tidak terlihat, trisula Poseidon, dan busur perak Artemis.
Bidang keahlian lain yang dikuasai para Cyclopes adalah membangun dinding. Benteng Mycenaean yang besar merupakan hasil karya mereka.
Kisah Odiseus dan Polifemos
“Pertemuan paling terkenal antara manusia dan seekor cyclops adalah selama perjalanan panjang pulang dari Perang Troya yang dialami oleh pahlawan Odiseus,” jelas Mark.
Alkisah, di tengah perjalanan dalam lokasi yang tidak diketahui, Odiseus singgah di sebuah pulau untuk mencari perbekalan.
Celakanya, pulau ini juga dihuni oleh cyclops Polifemos yang sangat mengincar para pelancong Yunani.
Para Cyclops menjebak rombongan Odiseus di dalam guanya dengan menutup pintu masuk berupa batu besar yang hanya bisa digerakkan oleh raksasa. Dus, beberapa orang dari rombongan menjadi hidangan Polifemos.
Melihat gentingnya situasi, Odiseus, yang dikenal cerdas dan cerdik, menyusun rencana licik untuk melarikan diri.
Polifemos dibuat mabuk berat oleh Odiseus dengan memberinya anggur. Ketika Polifemos tertidur, sang pahlawan menancapkan paku ke mata kepadanya. Hal ini membuat Polifemos menjadi buta.
Polifemos merasa sangat marah dengan tindakan Odiseus, ia memerintah anak buahnya untuk mencegah upaya kabur Odiseus, namun tak berhasil.
Singkat cerita, ia meminta bantuan ayahnya, Poseidon. Polifemos memastikan bahwa akan ada banyak badai dan sepuluh tahun yang panjang sebelum Odiseus mencapai Ithaca.
Cyclops dalam Sastra dan Seni Yunani
Tak hanya “Odyssey” karya Homer, kisah Cyclops juga telah mengilhami beberapa penciptaan karya oleh sastrawan Yunani Kuno. Salah satunya adalah Euripides (484-407 SM), yang telah menciptakan drama satyr Cyclops.
“Alur ceritanya mirip dengan Odyssey karya Homer, namun dengan tambahan karakter satrawan tua bernama Silenus, yang memberikan bantuan tambahan kepada Odiseus dan anak buahnya saat mereka beradu akal dengan Polifemos,” kata Mark, saat menceritakan drama satyr Euripides.
Selain menjadi subjek karya sastra, Cyclops juga populer di kalangan pelukis tembikar Yunani Kuno.
Kisah Odiseus melawan Polifemos, dapat ditemukan pada leher amphora Proto-attic abad ke-7 SM dari Eleusis.
“Vas tersebut dapat dilihat hari ini pada museum arkeologi di Eleusis,” jelas Mark.
Bukan Perubahan Iklim yang Pengaruhi Gunung Es Terbesar di Antartika, Lalu Apa?
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR