Keputusannya untuk menyerang tidak dianggap enteng. Gunung Hiei adalah situs suci, dan kompleks kuil Enryaku-ji adalah lembaga keagamaan yang penting.
Namun, Nobunaga bertekad untuk menghilangkan hambatan apa pun terhadap ambisinya untuk menyatukan Jepang. Kekuatan militer dan campur tangan politik sōhei telah menjadikan mereka target.
Pasukan Nobunaga melancarkan serangan ke Gunung Hiei pada bulan September 1571. Pasukan Nobunaga mendaki gunung dari berbagai arah, membanjiri sōhei dengan jumlah dan jumlah mereka. unsur kejutan.
Penggunaan senjata api oleh Nobunaga, teknologi yang relatif baru di Jepang pada saat itu, juga memberikan keuntungan yang signifikan bagi pasukannya.
Pengepungan tersebut mengakibatkan kehancuran total kompleks kuil Enryaku-ji. Pasukan Nobunaga membakar gedung-gedung, dan dikatakan bahwa api dapat dilihat dari Kyoto.
Sōhei bertarung dengan sengit tetapi akhirnya tidak mampu menahan serangan gencar. Jumlah korban tidak pasti, tetapi diyakini ribuan biksu, bersama dengan warga sipil yang tinggal di gunung, kehilangan nyawa.
Sōhei Gunung Hiei yang dulunya kuat secara efektif dihancurkan. Kompleks kuil Enryaku-ji ditinggalkan dalam reruntuhan.
Dampak kekalahan
Penghancuran Enryaku-ji dan berkurangnya biksu prajurit berdampak besar pada lanskap religius Jepang. Kekuasaan dan pengaruh sōhei, yang telah menjadi kekuatan penting dalam politik Jepang selama berabad-abad, secara efektif dihilangkan.
Pengepungan Gunung Hiei menandai langkah penting dalam kampanye Nobunaga untuk menyatukan Jepang. Dengan ancaman para biksu prajurit dinetralkan, Nobunaga mampu mengkonsolidasikan kekuatannya di Jepang tengah dan mengalihkan perhatiannya ke saingan lainnya.
Pengepungan tersebut menunjukkan kehebatan militer Nobunaga dan kesediaannya untuk mengambil tindakan drastis untuk mencapai tujuannya, membuatnya ditakuti dan dihormati oleh daimyo lainnya.
Penghancuran lembaga keagamaan yang begitu signifikan mengirimkan pesan yang jelas kepada musuh potensial lainnya tentang sejauh mana Nobunaga bersedia melakukan untuk mencapai ambisinya. Keberhasilan akhirnya membawa sebagian besar Kekaisaran Jepang di bawah kendalinya.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR