Namun, ini juga menjelaskan mengapa kerja keras yang melelahkan, kondisi politik yang menindas, dan penderitaan tanpa akhir mengisi kehidupan kita sehari-hari.
Bagaimana satu mitos yang sama dapat menghasilkan narasi yang sangat berbeda tentang kondisi manusia?
Daripada memuliakan atau meratapi satu versi tunggal dari pengalaman manusia, Prometheus memberikan kerangka interpretatif untuk berpikir tentang arti menjadi manusia pada waktu dan tempat tertentu.
Setiap kisah Prometheus tercipta khusus untuk menggambarkan budaya dan pengalaman masyarakat yang membetuknya. Bukan mitos Prometheus yang berubah, melainkan sifat pengalaman manusia yang diwakilinya yang berubah.
Di sisi lain, seperti layaknya tokoh-tokoh mitologi yang berpengaruh, Prometheus membantu umat manusia untuk merenungkan dan mengimajinasikan ulang pengalaman-pengalaman manusia.
Seperti kata Roland Barthes, “mitos membantu menaturalisai dan dengan demikian memahami setiap rangkaian keadaan yang dihadapi manusia-manusia pada setiap pembabakan sejarah. Prometheus sebagai pencipta umat manusia yang juga menanamkan ‘harapan’ dalam sanubari setiap insan, juga memberi kita cara untuk menghadapi ketidakpastian dalam hidup.”
“Sebagai manusia biasa dengan pengetahuan terbatas mengenai dunia tempat kita bernapas, kita hanya bisa menerka-nerka apa artinya menjadi manusia. Etimologi nama Prometheus yang berarti 'orang yang berpikir terlebih dahulu (sebelum bertindak)' selalu menjadi bagian penting dari kisahnya,” pungkasnya.
Prometheus vs Zeus: Pertarungan Logika
Dalam Theogony, kisah Prometheus menjadi alat penyair untuk merayakan sekaligus mengokohkan kekuasaan Zeus. Zeus menggabungkan keunggulan fisik dan intelektual untuk memperkuat posisinya sebagai raja para dewa dan manusia.
Mahadewa ini juga pernah diramal bahwa putranya yang lahir dari Metis akan menggulingkan kekuasaannya, sehingga Zeus menelan Metis untuk mencegah hal itu terjadi. Kejadian itu juga berarti bahwa Zeus mengisi dirinya dengan kekuatan baru, karena Metis merupakan lambang kecerdikan intelektual.
Dalam pemikiran Yunani, dewi Metis mewakili jenis keterampilan intelektual yang dikaitkan dengan tipu muslihat dan kebohongan. Posisi Metis yang berada di wilayah ambang yang ambigu dan penuh ketidakpastian sering diadu dengan kekuatan fisik.
Baca Juga: 7 Peradaban Terbesar dalam Sejarah Dunia, Termasuk Yunani Kuno
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR