Pada bagian tertentu, kisah Prometheus dibawakan untuk merayakan kecerdasan intelektual Zeus: jika Zeus bisa mengalahkan Prometheus, dia bisa menaklukkan siapapun.
Prometheus dengan kecerdikan dan tipu muslihatnya memiliki banyak kesamaan dengan tokoh-tokoh penipu di hampir setiap mitologi dan folklor masyarakat - kadang-kadang sebagai dewa, kadang-kadang sebagai binatang.
Para penipu ini adalah tokoh ambigu yang aneh-aneh, mereka biasanya dapat menjelma dalam berbagai wujud, dan sering kali menjadi penghubung antara dunia ilahi dan dunia manusia.
Dalam sebuah esai dari Indian Amerika Utara, Mac Linscott Ricketts mendefinisikan mereka sebagai sosok yang mengubah dunia mitos yang kacau menjadi ciptaan yang teratur seperti sekarang ini; ia adalah pembunuh monster.
Prometheus adalah pencuri cahaya matahari, air, dan sejenisnya untuk kepentingan manusia; ia adalah guru keterampilan dan adat kebudayaan; tetapi ia juga seorang pengganggu yang sangat rakus, sombong, penipu yang licik terhadap teman maupun musuh.
Prometheus juga merupakan pengembara yang gelisah di muka bumi dan pengacau yang seringkali menjadi korban dari tipuannya sendiri dan kecerobohannya.
Meskipun telah berusaha dengan segala upaya dan kecerdasannya, Prometheus dalam cerita Hesiod tidak benar-benar membantu umat manusia melalui tipu dayanya terhadap Zeus (persembahan, api).
Bukan hanya dirinya yang dihukum atas pencurian itu, tetapi Prometheus secara langsung bertanggung jawab atas penderitaan dan terpisahnya manusia dari kehidupan surgawi.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR