Nationalgeographic.co.id—Tahukah Anda bahwa Kekaisaran Ottoman memiliki hubungan dan peranan khusus dengan modernisasi yang terjadi di Indonesia, khususya lewat pendidikan. Meski berpengaruh dalam pendidikan, bagaimana respon pemerintah Belanda?
Pada 21 Januari 1899, Wazir Agung Ottoman menginformasikan Sultan Abdul Hamid II bahwa dua pemimpin Arab di Bogor, Ba Junaid dan Abu Bakr Bin Sunkar, mengirim anak-anak mereka untuk belajar di Istanbul melalui mediasi konsulat di Batavia yang mengharapkan mereka disambut setibanya di sana dan diterima di sekolah yang baik. Permintaan ini disetujui oleh Sultan.
Schmidt menyebutkan bahwa Abdul Rahman bin Abdullah Ba Junaid dari Bogor mengirim dua anaknya, sementara Bin Sunkar, yang menurutnya berasal dari Batavia, mengirim empat anaknya, ditambah satu lagi Ahmad bin Muhammad al-Sayyidi dari Kotaraja, Sumatra Utara, sehingga totalnya ada tujuh siswa.
Nama dua siswa Ba Junaid adalah Ahmad dan Sa'id, masing-masing berusia 13 dan 8 tahun. Siswa-siswa kelompok ketiga ini mengabaikan saran dari residen Batavia untuk membatalkan rencana mereka.
Mereka tiba di Istanbul pada Februari 1899, diterima oleh Menteri Pendidikan Zuhdi Pasha, dan kemudian didaftarkan di Asiret (Asiret Mekteb-i Humayun/Tribal School), sebuah sekolah yang didirikan pada tahun 1892 oleh Abdul Hamid II untuk anak-anak kepala suku Arab guna mempersiapkan mereka untuk jabatan atau karir di militer.
Sekolah ini gratis dan juga menyediakan makanan untuk siswanya secara gratis. Pemerintah Ottoman sebenarnya tidak memiliki anggaran untuk membayar siswa-siswa ini.
Dana tersebut entah bagaimana disediakan oleh Pemerintah Ottoman untuk siswa-siswa ini, meskipun beberapa dari siswa-siswa ini juga menerima kiriman uang rutin dari keluarga mereka.
Alwi Alatas dan Alaeddin Tekin dalam The Indonesian-Hadramis’ Cooperation With The Ottoman and The Sending of Indonesian Students to Istanbul, 1880s-1910s yang terbit dalam jurnal Tarih Incelemeleri Dergisi mengungkap ada sebuah dokumen Ottoman tertanggal 30 Januari 1899 menyatakan bahwa anggaran tertentu akan dialokasikan untuk siswa-siswa ini.
"Dokumen lain tertanggal 21 September 1903 menginformasikan bahwa Sultan akan memberikan beasiswa sebesar 80 kurus per bulan untuk siswa-siswa dari Jawa yang mendaftar di Sekolah Sultani," jelas Alwi dkk.
"Dana untuk perjalanan kadang-kadang juga disediakan oleh Pemerintah Ottoman, biasanya setelah siswa-siswa mengajukan permohonan untuk tujuan tersebut."
"Kelompok baru siswa juga direncanakan untuk pergi ke Istanbul dan jumlah total mereka adalah 30 siswa. Namun, kami tidak dapat melacak apakah kelompok siswa ini akhirnya berangkat ke Istanbul atau tidak," paparnya.
Baca Juga: Didukung Ottoman, Perompak Barbary Corsair Berjaya di Laut Mediterania
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR