Sayangnya, semua hal baik harus berakhir. Karena Pemberontakan An Shi pada abad ke-8, ekonomi Kekaisaran Tiongkok mengalami kejatuhan. Perang dan banjir yang signifikan membebani keuangan kekaisaran dan sistem kanal. Bahkan, banjir sangat besar sehingga ribuan orang di selatan tewas. Sebagai tanggapan, Yangzhou digantikan oleh Kaifeng sebagai kota paling stabil di Tiongkok. Kaifeng bahkan dijadikan ibu kota selama Dinasti Song beberapa dekade kemudian.
Selama Dinasti Yuan (1271-1368), Kanal Besar diperluas lagi. Ibu kota Tiongkok telah pindah ke wilayah yang sekarang dikenal sebagai Beijing. Akses ke Kaifeng tidak lagi menjadi keharusan. Sebuah kanal baru dibangun antara Sungai Sishui dan Sungai Weishui. Kanal lainnya juga dibangun antara Dadu (sekarang Beijing) dan Tongzhou. Hubungan inilah yang mengilhami nama besar kanal berikutnya, Kanal Besar Jing-Hang (alias Beijing dan Hangzhou).
Proyek tersebut memakan waktu lebih dari 10 tahun untuk diselesaikan dan membutuhkan lebih dari empat juta budak. Kanal atau sungai buatan manusia yang "dibuat" pada fase ini meliputi Sungai Jizhou, Sungai Huitong, dan Sungai Tonghui.
Setelah penambahan terakhir pada Kanal Besar Tiongkok, beberapa kanal lama ditinggalkan. Sebagian kanal lama juga tidak diperbaiki hingga Dinasti Ming abad ke-15. Kaisar Ming, Yongle, mengetahui bahwa transportasi gandum menjadi semakin lambat dan sulit. Ia pun memutuskan untuk memulihkan dan merenovasi semua kanal lama dengan bantuan 165.000 pekerja. Setelah dipulihkan, Kanal Besar Tiongkok membawa kemakmuran ekonomi yang signifikan kembali ke kota-kota di dekatnya.
Meskipun restorasi Dinasti Ming membantu selama bertahun-tahun, masalah muncul sekali lagi pada abad ke-18 dan ke-19. Hal ini disebabkan karena banjir yang sering terjadi Sungai Kuning. Pada satu titik, banjirnya begitu parah sehingga sungai mengubah arahnya sepenuhnya. Perubahan ini membuat Kanal Shandong tidak dapat digunakan lagi.
Banyak dari kanal-kanal sekali lagi mengalami bencana, dengan beberapa bahkan menjadi tanah datar lagi. Pada abad ke-20, Republik Rakyat Tiongkok menyerukan rekonstruksi kanal, yang dikabulkan. Air dipulihkan pada tahun 1990-an dari kondisinya yang tercemar. Pengerjaan kanal masih berlangsung, meskipun banyak dari jalur air kuno ini beroperasi kembali.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Kanal Besar Tiongkok masih berfungsi hingga saat ini. Meskipun saat ini tidak digunakan sebagai mekanisme pertahanan, kanal ini tentu saja digunakan untuk mengangkut material curah dengan tongkang. Pengangkutan tersebut menyediakan barang-barang yang dibutuhkan Tiongkok Utara dan Selatan untuk berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Selain itu, hanya bagian antara Hangzhou dan Kabupaten Liangshan yang saat ini dapat dilewati. Sedangkan bagian lainnya diblokir.
Rute modern biasanya memiliki tujuh perhentian: Kanal Jiangnan, Kanal Li, Kanal Lu, Kanal Selatan, Kanal Utara, Sungai Tongui, Kanal Dalam, dan Kanal Tengah.
Saat ini, Kanal Besar Tiongkok merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO. Kanal ini ditambahkan ke dalam daftar pada tahun 2014 karena nilai sejarah, budaya, dan teknologinya bagi Tiongkok.
Saat ini, rencananya adalah untuk menyelesaikan pekerjaan restorasi kanal tersebut hingga tahun 2030. Restorasi dilakukan melestarikan bangunan bersejarah yang sangat panjang ini selama bertahun-tahun mendatang.
Konstruksi tambahan juga sedang dilakukan pada Proyek Pengalihan Air Selatan-Utara. Restorasi tersebut bertujuan untuk membawa lebih banyak air bersih ke Tiongkok utara dari Sungai Yangtze.
Jika Anda berada di Tiongkok, pastikan untuk mengunjungi kanal yang luar biasa ini. Di sana Anda bisa mempelajari lebih lanjut tentang kekayaan budaya Tiongkok.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR