Pada usia 8 atau 9 tahun, ia memainkan peran penting dalam keputusan politik ayahnya yang kemudian dikenang dalam sejarah.
Ketika Gorgo masih muda, ia menyaksikan negosiasi antara ayahnya, Cleomenes, dan Aristagoras dari Miletos.
Aristagoras datang ke Sparta untuk mencari aliansi, membawa peta yang menjelaskan tantangan geostrategis yang dihadapi kota-kota Ionia. Momen ini adalah kali pertama tercatatnya penggunaan peta geografis oleh bangsa Yunani di wilayah Aegea.
Dalam negosiasi tersebut, Aristagoras mengusulkan agar Cleomenes mengirim pasukan Sparta jauh ke wilayah Persia dengan tujuan mencapai ibu kota Persia, Susa. Cleomenes meminta waktu untuk mempertimbangkan tawaran itu.
Tiga hari kemudian, ia menanyakan jarak dari pantai Ionia ke Susa. Setelah mengetahui bahwa perjalanan tersebut akan memakan waktu setidaknya tiga bulan, Cleomenes memutuskan untuk menolak tawaran Aristagoras.
Merasa putus asa, Aristagoras mencoba menyuap Cleomenes untuk mengubah keputusannya. Namun, pada saat genting ini, Gorgo yang masih kecil angkat bicara.
Dengan berani, ia memperingatkan ayahnya, “Ayah, orang asing ini akan merusakmu jika kau tidak mengusirnya!”
Kata-kata tegas Gorgo membantu Cleomenes untuk tetap pada pendiriannya, sekaligus menegaskan kecerdasan dan keberaniannya, yang kelak menjadikannya tokoh penting dalam kehidupan politik Sparta.
Namun, tak lama setelah peristiwa tersebut, Cleomenes menghadapi tuduhan dari pejabat Sparta dan akhirnya dipenjarakan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia meninggal karena bunuh diri, meskipun penyebab pasti kematiannya tetap menjadi misteri.
Gorgo, melalui tindakan dan ucapannya, telah menunjukkan potensinya sebagai seorang pemimpin sejak usia dini, mencerminkan kekuatan dan pengaruh yang akan ia bawa sebagai Ratu Sparta di masa depan.
Baca Juga: Kehidupan Para Helot, Budak Bangsa Sparta pada Zaman Yunani Kuno
Gorgo sebagai Istri Raja Leonidas
Leonidas, saudara tiri Cleomenes sekaligus paman Gorgo, menikahi Gorgo sekitar tahun 490 SM.
Kemungkinan besar pernikahan ini terjadi tak lama setelah kematian ayahnya, Cleomenes, dan ketika Gorgo telah mencapai usia menikah. Bagi wanita Sparta, usia menikah biasanya dimulai setelah masa pubertas berakhir.
Alasan Leonidas menikahi Gorgo sebagian besar bersifat pragmatis. Gorgo mewarisi seluruh harta peninggalan Cleomenes, dan Leonidas. Sebagai saudara tiri tertua yang masih hidup, ia juga mewarisi takhta Dinasti Agiad.
Pernikahan antara kerabat dekat, termasuk antara paman dan keponakan, lazim terjadi di banyak kota Yunani kuno pada masa itu. Praktik ini bertujuan untuk menjaga kekayaan keluarga tetap berada dalam garis keturunan laki-laki.
Namun, tidak diketahui bagaimana perasaan Gorgo terhadap pernikahan ini, terutama mengingat situasi di sekitar kematian ayahnya.
Cleomenes dipenjarakan oleh para Ephor dan saudara tirinya, termasuk Leonidas. Beberapa hari setelah dipenjara, Cleomenes ditemukan tewas di dalam selnya.
Cleomenes diduga bunuh diri. Akan tetapi tidak ada catatan tentang pendapat Gorgo tentang masalah ini.
Referensi Sejarah tentang Ratu Gorgo dari Sparta
Ratu Gorgo dikenal karena ucapannya yang legendaris: “Kembalilah dengan perisaimu atau di atasnya” (I tan i epi tas). Ucapannya itu ia sampaikan kepada suaminya, Leonidas, sebelum keberangkatannya ke Pertempuran Thermopylae.
Ucapan ini menggambarkan harapan dan tuntutan terhadap tugas nasional seorang pria Sparta, sekaligus mencerminkan keberanian wanita Sparta dalam menghadapi kemungkinan kehilangan kerabat laki-laki mereka.
Wanita Sparta menuntut agar pria mereka kembali dengan membawa perisai sebagai simbol kemenangan setelah bertarung dengan gagah berani. Jika gugur di medan perang, tubuh mereka harus dibawa pulang di atas perisai tersebut.
Tradisi ini menegaskan keberanian dan tanggung jawab yang melekat pada kehidupan militeristik masyarakat Sparta.
Menjelang pertempuran, Gorgo menyadari bahwa kematian Leonidas dalam perang adalah hal yang hampir pasti. Ia pernah bertanya apa yang harus ia lakukan setelah kepergiannya.
Leonidas menjawab dengan bijaksana, “Menikahlah dengan pria baik dan lahirkan anak-anak yang baik.”
Jawaban ini menunjukkan sikap pragmatis dalam budaya Sparta, yang menghargai keberlanjutan keturunan dan kekuatan keluarga.
Sejarawan Yunani kuno, Plutarkhos, dalam karyanya Laconian Quotes, mencatat beberapa pernyataan Gorgo yang memperlihatkan kepribadiannya yang kuat dan bijaksana.
Salah satu pernyataannya mengacu pada dugaan masalah kecanduan alkohol ayahnya, Cleomenes. Gorgo memperingatkan bahwa “Semakin banyak anggur yang diminum seseorang, semakin boros dan rusak moralnya.”
Dalam kisah lain, seorang asing menawarkan kostum mewah yang dihiasi banyak ornamen kepada Gorgo. Ia menolaknya dengan tegas, mengatakan, “Pergi dari sini! Kau bahkan tidak pantas melakukan apa yang dilakukan wanita.”
Ucapan ini mencerminkan pandangan masyarakat Sparta yang menghina materialisme serta memperlihatkan penolakan terhadap kemewahan yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai kesederhanaan dan ketangguhan mereka.
Gorgo, melalui tindakan dan kata-katanya, menunjukkan kekuatan, kecerdasan, dan dedikasi terhadap nilai-nilai Spartan, menjadikannya salah satu tokoh wanita paling berpengaruh dalam sejarah Yunani kuno.
Warisan Gorgo dalam Sejarah Sparta
Sekitar lima belas tahun setelah insiden antara Cleomenes dan Aristagoras, ketika ayahnya telah tiada, Ratu Gorgo memainkan peran penting dalam sejarah Sparta dan Yunani.
Pada masa itu, ia telah menikah dengan Leonidas, saudara tiri ayahnya sekaligus penerusnya, dan mereka memiliki seorang putra bernama Pleistarchus, yang kelak menjadi raja Sparta.
Suatu hari, seorang utusan tiba di Sparta membawa dua tablet kayu yang tampak kosong, ditutupi lilin, dan dilipat bersama. Tidak ada seorang pun yang bisa memahami maksud pesan tersembunyi tersebut, kecuali Gorgo.
Ia menyarankan agar lilin di tablet itu dikikis untuk mengungkap tulisan pada kayunya. Saran ini terbukti benar. Pesan itu ternyata berasal dari mantan raja yang diasingkan, Demaratus, yang memperingatkan Sparta tentang rencana kampanye Xerxes yang akan datang melawan Yunani.
Peristiwa ini menunjukkan kecerdasan dan ketajaman intuisi Gorgo. Selain itu, ini mencerminkan perannya yang aktif dalam urusan publik, sebuah hak istimewa yang biasanya hanya dimiliki pria di sebagian besar kota Yunani lainnya.
Gorgo adalah perwujudan sempurna wanita Sparta ideal: kuat, cerdas, dan berpengaruh. Ia juga menunjukkan bahwa seorang wanita dapat terlibat dalam etos sipil dan militer negara secara mendalam.
Wanita Sparta dikenal atas kemandirian, pendidikan, dan kemampuan mereka untuk memengaruhi kehidupan publik, dan Gorgo adalah contoh terbaik dari nilai-nilai ini.
Salah satu kutipan terkenal yang dikaitkan dengan Gorgo memperlihatkan kecerdasannya. Ketika seorang wanita dari Attika bertanya mengapa hanya wanita Sparta yang mampu mengatur pria, Gorgo dengan tajam menjawab, “Karena kami satu-satunya yang melahirkan pria sejati.”
Melalui tindakan dan ucapannya, Gorgo meninggalkan warisan yang berharga dalam sejarah Sparta. Ia menjadi simbol kekuatan, kebijaksanaan, dan pengaruh wanita dalam masyarakat Yunani kuno, membuktikan bahwa perannya jauh melampaui tradisi domestik yang biasanya dibatasi untuk wanita pada masanya.
Hutan Mikro Ala Jepang, Solusi Atasi Deforestasi yang Masih Saja Sulit Dibendung?
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR