Aku menyadari, ketika seseorang mulai bergerak, ada efek domino yang luar biasa. Tindakan kecil mulai bergulir menjadi gerakan yang lebih besar. Sebuah ide pun muncul untuk membentuk kelompok di sekolah kami, dengan tujuan mengurangi jejak karbon bersama-sama.
Nama kelompok itu sederhana, "Agen Hijau." Setiap anggota komunitas memiliki peran masing-masing, mulai dari mengorganisir perawatan pohon, hingga mengadakan lokakarya untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya krisis iklim.
Kami bahkan mulai mengajak sekolah-sekolah di sekitar sekolah kami untuk terlibat. Setiap hari Jumat, murid-murid dari sekolah dasar hingga SMA turut berpartisipasi dalam gerakan "Jumat Hijau," di mana mereka tidak hanya belajar tentang lingkungan di kelas, tapi juga mempraktikkan tindakan nyata seperti memilah sampah, menanam pohon, dan mendaur ulang barang-barang bekas.
Salah satu pencapaian besar dari "Agen Hijau" adalah program daur ulang yang kami inisiasi. Dalam program ini, setiap rumah disekitar sekolah kami diberikan dua tong sampah: yaitu satu untuk sampah organik, dan satu lagi untuk sampah anorganik. Kami bekerja sama dengan pihak kelurahan untuk memastikan bahwa sampah-sampah ini diangkut dan didaur ulang dengan benar.
Tidak hanya itu, saat ini kami juga sedang membuat suatu rancangan teknologi yang memanfaatkan alga dalam melakukan tugasnya mengonversi CO2 menjadi O2, layaknya seperti pohon. Teknologi ini kami namakan "Algae Photobioreactor." Setelah penelitian mendalam, kami mengetahui bahwa keefektifan teknologi ini tiga puluh sampai lima puluh kali lipat lebih besar daripada keefektifan pohon itu sendiri.
Meski upaya kami sudah terdengar cukup signifikan, kami menyadari bahwa langkah ini baru merupakan awalan. Harus disadari bahwa Bumi kita berada di persimpangan. Jika tindakan mengurangi jejak karbon tidak dilakukan secara masif dan kolektif, maka masa depan yang suram ditengah kelabu asap mungkin tak bisa dihindari.
Kak Rahmat pernah mengatakan dalam salah satu pertemuan komunitas kami yaitu, "Peningkatan suhu global hanya satu atau dua derajat Celsius mungkin terdengar sepele, tapi bagi Bumi, hal itu adalah bencana."
Kenaikan suhu global yang disebabkan oleh akumulasi gas rumah kaca akan memicu perubahan iklim yang ekstrem. Gletser mencair, permukaan laut naik, ekosistem laut dan darat terganggu, bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan badai akan semakin sering terjadi. Dalam skenario terburuk, kita bisa menghadapi kelangkaan pangan, air, bahkan tempat tinggal, terutama bagi negara-negara kepulauan seperti Indonesia.
Kak Rahmat juga bercerita tentang beberapa dampak nyata yang sudah mulai dirasakan di Indonesia. Di Jakarta, banjir semakin sering terjadi akibat curah hujan yang tinggi, sementara di wilayah lain seperti Nusa Tenggara, kekeringan menjadi masalah yang semakin parah.
Lalu di Papua, perubahan iklim telah mengganggu pola hidup masyarakat adat yang bergantung pada alam. Semua ini menjadi pengingat bahwa krisis iklim bukanlah sesuatu yang jauh di masa depan; ia sudah terjadi sekarang, dan memengaruhi kehidupan kita secara langsung.
Tindakan individu memang penting, namun dampak terbesar akan terasa ketika kita bergerak bersama-sama. Langkah kecilku, Kak Rahmat, dan komunitas "Agen Hijau" mungkin hanya setitik usaha di tengah lautan permasalahan global. Tapi aku percaya bahwa setitik itu bisa berubah menjadi ombak besar jika semakin banyak orang yang terlibat.
Aku berharap, melalui kisah ini, semakin banyak orang yang tersadar akan pentingnya mengurangi jejak karbon dimulai dari jejak karbon mereka sendiri. Bahwa tidak ada langkah yang terlalu kecil dalam upaya menyelamatkan Bumi. Dan yang terpenting adalah kesadaran bahwa krisis iklim bukan hanya masalah pemerintah atau organisasi pecinta lingkungan, tetapi merupakan tanggung jawab kita semua, di mana pun kita berada.
Di akhir hari, ketika aku duduk di teras rumah dan menyaksikan senja yang indah, aku merasa lebih tenang. Meski dunia ini menghadapi tantangan besar, aku tahu bahwa masih ada harapan.
Selama kita terus melangkah bersama, memperbaiki hubungan kita dengan Bumi, masa depan yang lebih baik masih mungkin diraih. Hal ini bukanlah hanya tentang hari ini, tetapi tentang hari esok.
Itulah pesan yang ingin kuteruskan, kepada siapa pun yang ingin mendengar bahwasannya: kita bisa menyelamatkan Bumi ini, satu langkah kecil demi satu langkah kecil dapat menjadi suatu hal yang besar seiring berjalannya waktu. Ingatlah kalimat ini. Kalau tidak dimulai dari kita, siapa lagi?
Artikel ini merupakan bagian kerjasama National Geographic Indonesia dan Toyota Indonesia dalam gelaran Toyota Eco Youth 13.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR