Sebagai contoh, kortisol, hormon yang berperan dalam mengatur suasana hati, motivasi, dan rasa takut, mencapai puncaknya tak lama setelah bangun tidur dan mencapai titik terendah menjelang waktu tidur.
Selain faktor fisiologis, perbedaan antara hari kerja dan akhir pekan juga mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti urutan aktivitas sehari-hari, yang kemungkinan besar berbeda antara akhir pekan dan hari kerja.
Dr. Feifei Bu dari departemen ilmu perilaku dan kesehatan UCL menjelaskan, “Temuan kami menunjukkan bahwa rata-rata, kesehatan mental dan kesejahteraan seseorang cenderung lebih baik di pagi hari dan mencapai titik terburuk pada tengah malam.”
“Kami memanfaatkan sampel data berulang yang sangat besar, yang terdiri dari hampir satu juta tanggapan survei dari 49.000 peserta selama periode dua tahun," lanjut Bu.
Namun, mereka juga menyadari bahwa pola ini mungkin mencerminkan waktu orang memilih untuk menanggapi survei, dan bukan semata-mata efek langsung dari waktu hari. Misalnya, orang yang sudah merasa lebih baik di pagi hari mungkin lebih cenderung berpartisipasi dalam survei pada saat itu.
“Meskipun temuan ini sangat menarik, penting untuk direplikasi dalam penelitian lain yang sepenuhnya mempertimbangkan potensi bias ini," ungkap Bu.
Jika temuan ini berhasil divalidasi, implikasi praktisnya bisa sangat signifikan. Peneliti yang menyelidiki kesehatan mental dan kesejahteraan masyarakat perlu mempertimbangkan waktu respons partisipan.
"Selain itu, layanan dukungan kesehatan mental mungkin perlu mempertimbangkan untuk menyesuaikan sumber daya agar sesuai dengan fluktuasi kebutuhan sepanjang hari, misalnya dengan memprioritaskan ketersediaan layanan di larut malam,” pungkas Bu.
KOMENTAR