Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda mengalami hari yang buruk di kantor atau kencan yang mengecewakan? Jangan khawatir, karena menurut sebuah studi komprehensif, ada alasan untuk merasa optimis bahwa segalanya akan terasa lebih baik saat pagi menjelang.
Studi terlengkap yang pernah dilakukan oleh para ilmuwan menemukan bahwa secara umum, dunia cenderung terlihat lebih cerah saat kita bangun dari tidur.
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa suasana hati seseorang cenderung berada pada titik terbaik di pagi hari, namun sayangnya memburuk menjelang tengah malam.
Selain waktu dalam sehari, penelitian ini juga menemukan bahwa hari dalam seminggu dan musim juga memainkan peran dalam fluktuasi suasana hati.
Studi yang dipimpin oleh University College London ini juga mengungkap bahwa kesehatan mental cenderung lebih bervariasi di akhir pekan, sementara lebih stabil selama hari kerja.
Para peneliti menyimpulkan, seperti dilansir The Guardian, "Secara keseluruhan, segala sesuatu tampaknya memang membaik di pagi hari." Temuan lengkap dari penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal BMJ Mental Health.
Kesehatan dan kesejahteraan mental adalah aspek yang dinamis dan dapat mengalami perubahan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Meskipun demikian, penelitian yang secara khusus mengkaji bagaimana kesehatan mental berubah sepanjang hari masih tergolong sedikit. Penelitian yang sudah ada pun cenderung hanya fokus pada kelompok orang tertentu atau kelompok yang sangat kecil.
Oleh karena itu, para ilmuwan berinisiatif untuk mengeksplorasi lebih lanjut apakah waktu dalam sehari memiliki kaitan dengan variasi dalam kesehatan mental, kebahagiaan, kepuasan hidup, perasaan berharga dalam hidup, dan tingkat kesepian.
Mereka juga tertarik untuk mengetahui apakah keterkaitan ini bervariasi berdasarkan hari, musim, atau bahkan tahun.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, para peneliti menganalisis data dari studi sosial Covid-19 UCL. Studi ini dimulai pada bulan Maret 2020 dan melibatkan pemantauan rutin hingga November 2021, yang kemudian dilanjutkan dengan pemantauan tambahan hingga Maret 2022.
Baca Juga: Serangga Masuk Program Makan Bergizi Gratis, Bagaimana Sains Melihatnya?
Data yang dianalisis mencakup hampir 1 juta tanggapan survei dari sekitar 50.000 orang dewasa selama periode dua tahun tersebut.
Para partisipan dalam penelitian ini menjawab kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan seperti, "Dalam seminggu terakhir, seberapa bahagia perasaan Anda?", "Seberapa puas Anda dengan hidup Anda?", dan "Sejauh mana Anda merasa hal-hal yang Anda lakukan dalam hidup Anda berharga?".
Dalam analisis data, faktor-faktor seperti usia, kondisi kesehatan, dan status pekerjaan partisipan juga diperhitungkan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa peringkat kebahagiaan, kepuasan hidup, dan keberhargaan diri secara signifikan lebih tinggi pada hari Senin dan Jumat dibandingkan dengan hari Minggu.
Kebahagiaan juga ditemukan lebih tinggi pada hari Selasa. Namun, penelitian ini tidak menemukan bukti bahwa tingkat kesepian berbeda secara signifikan antara hari-hari dalam seminggu.
Selain itu, penelitian ini menemukan bukti yang jelas mengenai pengaruh musim terhadap suasana hati.
Dibandingkan dengan musim dingin, orang cenderung mengalami gejala depresi dan kecemasan serta kesepian yang lebih rendah, dan pada saat yang sama memiliki tingkat kebahagiaan, kepuasan hidup, dan perasaan berharga dalam hidup yang lebih tinggi di tiga musim lainnya.
Musim panas tercatat sebagai musim dengan kesehatan mental terbaik secara keseluruhan. Meskipun demikian, musim tidak memengaruhi pola variasi suasana hati yang diamati sepanjang hari.
Perlu dicatat bahwa penelitian ini bersifat observasional, sehingga tidak dapat menentukan hubungan sebab-akibat secara definitif. Para peneliti juga mengakui bahwa waktu pengisian kuesioner oleh partisipan mungkin memengaruhi temuan.
Mereka juga menambahkan bahwa data mengenai siklus tidur, garis lintang, atau cuaca tidak tersedia dalam penelitian ini, padahal faktor-faktor ini juga mungkin berperan.
Meskipun demikian, para peneliti menduga bahwa perubahan kesehatan mental dan kesejahteraan sepanjang hari dapat dijelaskan oleh perubahan fisiologis yang terkait dengan jam tubuh internal atau ritme sirkadian.
Baca Juga: Bagaimana Sains Menjelaskan Alasan Kelelawar Lebih Suka Tidur Terbalik?
Sebagai contoh, kortisol, hormon yang berperan dalam mengatur suasana hati, motivasi, dan rasa takut, mencapai puncaknya tak lama setelah bangun tidur dan mencapai titik terendah menjelang waktu tidur.
Selain faktor fisiologis, perbedaan antara hari kerja dan akhir pekan juga mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti urutan aktivitas sehari-hari, yang kemungkinan besar berbeda antara akhir pekan dan hari kerja.
Dr. Feifei Bu dari departemen ilmu perilaku dan kesehatan UCL menjelaskan, “Temuan kami menunjukkan bahwa rata-rata, kesehatan mental dan kesejahteraan seseorang cenderung lebih baik di pagi hari dan mencapai titik terburuk pada tengah malam.”
“Kami memanfaatkan sampel data berulang yang sangat besar, yang terdiri dari hampir satu juta tanggapan survei dari 49.000 peserta selama periode dua tahun," lanjut Bu.
Namun, mereka juga menyadari bahwa pola ini mungkin mencerminkan waktu orang memilih untuk menanggapi survei, dan bukan semata-mata efek langsung dari waktu hari. Misalnya, orang yang sudah merasa lebih baik di pagi hari mungkin lebih cenderung berpartisipasi dalam survei pada saat itu.
“Meskipun temuan ini sangat menarik, penting untuk direplikasi dalam penelitian lain yang sepenuhnya mempertimbangkan potensi bias ini," ungkap Bu.
Jika temuan ini berhasil divalidasi, implikasi praktisnya bisa sangat signifikan. Peneliti yang menyelidiki kesehatan mental dan kesejahteraan masyarakat perlu mempertimbangkan waktu respons partisipan.
"Selain itu, layanan dukungan kesehatan mental mungkin perlu mempertimbangkan untuk menyesuaikan sumber daya agar sesuai dengan fluktuasi kebutuhan sepanjang hari, misalnya dengan memprioritaskan ketersediaan layanan di larut malam,” pungkas Bu.
KOMENTAR