Hanya beberapa neuron sensorik yang merespons IL-3. Mereka yang merespons menjadi lebih mungkin untuk memicu rasa gatal — sebuah tanda bahwa sitokin ini "memanaskan" neuron agar bereaksi terhadap alergen.
Sebaliknya, ketika para peneliti menghapus gen untuk IL-3 atau reseptornya — atau menghilangkan sel GD3 sepenuhnya — tikus tidak dapat memulai respons alergi. Melalui eksperimen lebih lanjut, para peneliti menyimpulkan bahwa IL-3 mengaktifkan dua sinyal terpisah: satu yang mempromosikan rasa gatal yang dipicu saraf dan satu lagi yang mengendalikan sisi imun dari respons alergi.
Dengan melepaskan IL-3, sel GD3 "benar-benar penting" untuk menetapkan ambang batas di mana saraf sensorik akan bereaksi terhadap alergen, kata Sokol. Reaksi berantai yang melibatkan IL-3 ini "mungkin memberikan kita jalur baru untuk merawat pasien dengan gangguan gatal kronis," tambahnya.
Namun, sejauh ini, penelitian ini hanya dilakukan pada tikus, sehingga para peneliti tidak bisa memastikan bahwa sel manusia akan berperilaku dengan cara yang persis sama.
Meskipun sel-sel imun tikus dalam penelitian ini memiliki gen dan protein yang sangat mirip dengan yang ada pada manusia, Sokol menekankan bahwa penting untuk memahami apakah dan bagaimana sel T manusia merespons IL-3. Data ini dibutuhkan untuk menerjemahkan temuan ini menjadi pengobatan gatal atau cara untuk memprediksi siapa yang mungkin berisiko terkena alergi.
"Kita semua punya teman yang tidak bereaksi terhadap gigitan nyamuk, dan ada teman lain yang tampak mengerikan setelah seharian di luar," kata Sokol.
"Kami percaya jalur IL-3 ini yang menentukan hal itu secara real-time, karena ketika kami melihat gatal yang disebabkan oleh gigitan nyamuk—dan respons imun alergi yang mengikuti—kami melihat bahwa itu sepenuhnya bergantung pada sel-sel dalam jalur ini."
Sindrom Hubris, Kala Pemimpin Merasa Punya Kendali Atas Segala Hal, Apa Saja Tandanya?
Source | : | Nature,Live Science |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR