Kondisi mengerikan itulah yang terjadi di wilayah Kabupaten Siak pada 2015. Kondisi yang membuat Siak dikepung oleh asap dari kebakaran lahan selama berbulan-bulan. Sebuah titik awal yang membuat awal para anak muda di Siak bergerak untuk secara swadaya melakukan pelbagai usaha untuk mencegah terjadinya kembali kebakaran di lahan gambut.
Selain mencegah kebakaran lahan, penanaman nanas juga membuat kelembapan lahan gambut dapat terjaga. Hal ini terjadi terutama jika teknik tumpang sari bersama tanaman lain dilakukan di kebun nanas.
Maka tidak salah rasanya jika kemudian saya menemukan kalimat “Membeli Produk Pinaloka (=) Membeli Masa Depan yang Lebih Baik!” di laman Instagram @pinaloka.id. Terlebih, pinaloka juga turut memberdayakan masyarakat lokal, khususnya para petani, dalam usahanya.
Pilanoka sendiri menyajikan banyak sekali jenis produk yang berbahan dasar nanas, antara lain: selai nanas, sirup nanas, nastar nanas, nanas kering, minuman nanas, serta selai isian nastar.
Bahkan, dengan tujuan untuk memanfaatkan semua bagian dari nanas, Pinaloka juga kemudian mengembangkan serat alam yang berbahan dasar daun nanas. Serat alam inilah yang kemudian diolah menjadi tas tumbler atau aksen kain yang semuanya diproduksi secara lokal.
“Melalui Pinaloka, selain ramah gambut, nanas ini menjadi sumber pendapatan baru masyarakat yang sebelumnya masih menjadikan sawit sebagai sumber pendapatan utama,” Cindi Shandoval, Chief Executive Officer Pinaloka saat menjelaskan kepada kami.
Berakar budaya, hasilkan miliaran
Usai membuat nastar yang dicetak sendiri di Pinaloka, saya dan rombongan kemudian bergegas menuju PT. Alam Siak Lestari (ASL). Tentu saja dengan hujan yang masih turun, meski kini sudah tak sederas sebelumnya.
“Ide ASL itu pada dasarnya membuat gambut tetap basah,” ujar Musrahmad Igun, salah satu pendiri perusahaan milik masyarakat (community based enterprise) tersebut, saat pertama kali menyambut kami.
Bang Gun, sapaan Igun, kemudian menceritakan bahwa ide membuat kolam ikan serta merta muncul untuk bisa mencapai tujuan tersebut. Hanya saja, Gun dan rekan-rekannya masih bingung, “Ikan apa yang mau dipelihara?”
Baca Juga: Gambut dan Mangrove Jadi Kunci Pengurangan Emisi Karbon di Asia Tenggara
KOMENTAR