Akronim dari Sentra Kreatif Lestari Siak itu bisa disebut merupakan tuan rumah dari acara inti dari kunjungan saya ke Siak, yaitu Siak Innovation Challenge 2025, yang digelar di Gedung Tengku Maharatu, Senin (13/1/2025).
Lomba inovasi yang bertema tentang pemberdayaan segala hal terkait ekosistem gambut tersebut memilih 3 pemenang dari 8 tim yang berhasil lolos menjadi finalis. Seperti apa keseruan Siak Innovation Challenge 2025? Silakan klik tautan berikut.
Kembali ke Skelas, tim yang dipimpin oleh Cerli Febri Ramadani tersebut menyebut diri mereka sebagai, “Pusat inkubasi yang diinisiasi oleh orang muda Kabupaten Siak untuk meningkatkan ekonomi masyarakat lewat solusi kreatif yang berbasis Ekonomi Lestari serta Pelestarian Budaya Lokal.”
Skelas menjadi semacam ruang kolaborasi dan gotong royong antara komunitas yang ada di Siak dengan pihak pemerintah, yang tentu saja ada di Siak juga. Tujuannya adalah untuk bisa bersama-sama menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di Kabupaten Siak.
Pelbagai kegiatan tentunya dilakukan oleh Skelas dalam rangka mewujudkan tujuan mulia mereka tersebut. Salah satunya adalah Skelas Beselo. Dalam budaya masyarakat Melayu, beselo identik dengan duduk bersama di lantai sembari melipatkan kaki untuk kemudian berdiskusi.
Beselo yang juga merupakan akronim dari “bebual” (bahasa Melayu untuk berdiskusi), “semangat,” dan “lokal” itu kemudian dimaknai sebagai wujud kesetaraan dan kebersamaan antara anak muda dan para orang tua, tanpa membedakan status sosial dan jabatan, dari warga Melayu.
Beragam kelas, baik secara daring maupun secara luring, diadakan dalam payung Beselo. Tema yang diangkat, mulai dari kesehatan jiwa, upaya menggali potensi lokal dan UMKM, hingga pengembangan diri.
Kegiatan lain yang juga ada di Skelas adalah Kubisa yang merupakan akronim dari Inkubasi Bisnis Lestari Siak. Sesuai namanya, Kubisa menjadi pusat inkubasi bisnis lestari bagi seluruh masyarakat Siak. Bisnis-bisnis yang terpilih dalam Kubisa akan mendapatkan pelatihan secara intensif.
Skelas sendiri menjadi penutup perjalanan saya mengunjungi beragam titik penting dalam ekosistem lestari di Kabupaten Siak. Waktu menunjukkan pukul 10 malam ketika saya baru tersadar satu hal, sejak siang pakaian saya basah kuyup. Ah, mungkin gara-gara saya terlalu terpesona oleh ekosistem ini.
KOMENTAR