Keduanya telah mengkonfirmasi sebuah tren yang mengkhawatirkan terkait kemampuan planet kita dalam menyerap CO2 dari atmosfer secara alami. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa tingkat sekuestrasi CO2 oleh biosfer terestrial – yaitu semua ekosistem daratan yang meliputi hutan, lahan gambut, padang rumput, dan tanah – kini mengalami penurunan setelah mencapai titik puncaknya pada tahun 2008.
Sebelum tahun 2008, mekanisme alami yang sangat penting ini menunjukkan kinerja yang menggembirakan, dengan tingkat sekuestrasi CO2 yang terus meningkat sebesar 0,8% per tahun sejak tahun 1960-an. Jika tren positif ini terus berlanjut tanpa gangguan, diperkirakan peningkatan konsentrasi CO2 tahunan di atmosfer saat ini dapat dikurangi hingga lebih dari 30%.
Sayangnya, efek positif yang sebelumnya membantu meringankan masalah peningkatan CO2 ini kini telah hilang. Sebaliknya, tingkat sekuestrasi CO2 alami sekarang justru mengalami penurunan sebesar 0,25% per tahun, sebuah perubahan arah yang sangat signifikan dan mengkhawatirkan.
Akibat dari penurunan ini, konsentrasi CO2 di atmosfer diperkirakan akan meningkat lebih cepat dari sebelumnya, sebanding dengan tingkat emisi CO2 global tahunan yang terus berlangsung.
Untuk memberikan gambaran yang lebih sederhana, jika sekuestrasi alami tidak mengalami kegagalan dan tetap berfungsi optimal, tingkat peningkatan konsentrasi CO2 atmosfer saat ini yang berada di sekitar +2,5 ppm (parts per million) per tahun diperkirakan akan menjadi sekitar +1,9 ppm, yang menunjukkan betapa besar dampak penurunan sekuestrasi alami ini.
Konsekuensi lebih lanjut yang diungkapkan oleh analisis, merujuk pada Persamaan (1) dalam penelitian Curran dan Curran (2016b), adalah bahwa emisi antropogenik – yaitu emisi yang disebabkan oleh aktivitas manusia – sekarang perlu diturunkan setidaknya sebesar 0,3% per tahun.
Penurunan emisi ini diperlukan hanya untuk mengkompensasi penurunan sekuestrasi terestrial yang sedang terjadi. Hal ini merupakan faktor yang sangat signifikan karena peningkatan tahunan emisi jangka panjang yang relatif stabil sebesar +0,45 Gt CO2 (Gigaton karbon dioksida) saat ini setara dengan peningkatan sekitar +1,2% per tahun.
Merujuk pada gambar di atas, diperkirakan konsekuensi dari penurunan sekuestrasi ini hanya akan menjadi semakin serius di masa depan karena tingkat penurunannya tampaknya semakin cepat dari waktu ke waktu.
Efek yang berkembang dan sangat merusak ini diperkirakan akan semakin mempercepat laju perubahan iklim global. Sekali lagi, fenomena ini menekankan betapa eratnya hubungan antara darurat iklim yang kita hadapi dengan kondisi alam dan lingkungan.
Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk mengambil setiap upaya yang diperlukan sesegera mungkin untuk membangun kembali keanekaragaman hayati global yang telah banyak hilang, serta untuk memulihkan jasa ekosistem yang terkait, termasuk fungsi vital sekuestrasi CO2 alami.
Upaya-upaya ini bukan hanya penting untuk kelestarian lingkungan, tetapi juga krusial untuk masa depan peradaban manusia di planet ini.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR