Brennan menyarankan survei untuk melacak preferensi dan pengetahuan politik. Kemudian, simulasikan hasil jika semua warga negara mendapat skor sempurna dalam tes pengetahuan politik.
Pada tahun 2017, Kimera Systems mengumumkan AI bernama Nigel. Nigel membantu pemilih menentukan pilihan berdasarkan preferensi pribadi. Nigel mencoba memahami tujuan dan realitas pemilih untuk mengarahkan mereka ke arah yang benar.
Ini adalah versi personal dari ide Brennan. Namun, sistem pembelajaran mesin berisiko menciptakan lingkaran umpan balik dan memperburuk perpecahan. Perbaikan teknis bisa menyuntikkan sudut pandang alternatif.
Namun, epistokrasi abad ke-21 berisiko kembali menjadi teknokrasi karena para insinyur yang membangun sistem akan memiliki kekuasaan. Gambaran Mark Zuckerberg di Kongres menunjukkan masa depan teknokratik yang membingungkan. Ini bukanlah alternatif radikal, melainkan distorsi demokrasi.
Baca Juga: Pemilu Yunani Kuno: Politisi yang Banyak Diprotes Akan Diasingkan
KOMENTAR