Dampak Black Monday
Setelah terjadinya kejatuhan pasar yang dramatis, Federal Reserve mengambil langkah cepat dengan memangkas suku bunga sebesar setengah poin persentase.
Langkah ini diharapkan dapat membebaskan modal dan mendorong peningkatan aktivitas pinjaman dalam perekonomian. Selain itu, bank sentral Amerika Serikat tersebut juga menyuntikkan miliaran dolar ke dalam sistem keuangan melalui kebijakan pelonggaran kuantitatif.
Sebagai respons terhadap Black Monday, para regulator memperkenalkan berbagai mekanisme perlindungan baru yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejatuhan kilat akibat perdagangan program. Salah satu mekanisme penting yang diperkenalkan adalah circuit breaker pada pasar saham terkemuka.
Circuit breaker ini dirancang untuk secara otomatis menghentikan perdagangan jika terjadi pergerakan harga yang tidak lazim. Circuit breaker dapat menghentikan seluruh perdagangan di bursa jika indeks tertentu, seperti S&P 500 di Amerika Serikat, mengalami penurunan yang signifikan.
Selain itu, terdapat juga circuit breaker untuk saham individu, yang hanya menghentikan perdagangan pada sekuritas tertentu. Tujuan utama dari mekanisme ini adalah untuk mencegah para pedagang melakukan penjualan panik selama penurunan harga yang tiba-tiba.
Pada tahun 2022, level circuit breaker ditetapkan pada penurunan 7%, 13%, dan 20%. Penurunan sebesar 7% dari harga penutupan hari perdagangan sebelumnya dianggap sebagai penurunan Level 1, yang akan menghentikan perdagangan selama 15 menit.
Penurunan sebesar 13% merupakan Level 2 dan juga akan menghasilkan penghentian perdagangan selama 15 menit. Sementara itu, penurunan sebesar 20% akan mengakhiri perdagangan untuk hari tersebut.
Mungkinkah Black Monday Terulang?
Sejak peristiwa Black Monday, berbagai mekanisme perlindungan telah diterapkan ke dalam pasar keuangan untuk meminimalisir risiko terjadinya penjualan panik, termasuk pembatasan perdagangan dan circuit breaker.
Namun, perkembangan teknologi telah membawa perubahan signifikan dalam praktik perdagangan, terutama dengan munculnya algoritma perdagangan frekuensi tinggi (HFT) yang didukung oleh superkomputer.
Algoritma ini mampu memindahkan volume perdagangan yang sangat besar hanya dalam hitungan milidetik. Meskipun HFT dapat meningkatkan likuiditas pasar, algoritma ini juga terbukti dapat berkontribusi dan bahkan menyebabkan terjadinya flash crash, seperti yang terjadi pada tahun 2010.
Flash Crash tahun 2010 merupakan contoh bagaimana kesalahan dalam algoritma HFT dapat mengirim pasar saham anjlok hampir 9% hanya dalam beberapa menit.
Peristiwa ini kemudian mendorong pemasangan pita harga yang lebih ketat, meskipun pasar saham tetap mengalami beberapa momen volatilitas yang signifikan sejak tahun 2010.
Di tengah krisis global tahun 2020, pasar keuangan kembali mengalami guncangan yang serupa pada bulan Maret ketika tingkat pengangguran mencapai level tertinggi sejak Depresi Hebat, sebelum akhirnya pulih selama musim panas tahun yang sama.
KOMENTAR