Salah satu pemicu utama adalah kondisi bull market yang sangat kuat dan telah berlangsung sejak tahun 1982, yang membuat pasar menjadi sangat rentan terhadap koreksi harga yang substansial setelah mengalami kenaikan harga saham hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu tersebut.
Selain itu, perdagangan program terkomputerisasi, yang pada saat itu belum semasif sekarang, mulai menunjukkan dampaknya di beberapa perusahaan Wall Street.
Kejatuhan pasar saham pada tahun 1987 ini menjadi sorotan penting mengenai peran inovasi keuangan dan teknologi dalam meningkatkan volatilitas pasar.
Dalam sistem perdagangan otomatis, atau yang dikenal sebagai perdagangan program, proses pengambilan keputusan oleh manusia dihilangkan, dan perintah untuk membeli atau menjual dieksekusi secara otomatis berdasarkan level harga indeks acuan atau saham tertentu.
Sebelum terjadinya kejatuhan, model yang digunakan cenderung menghasilkan umpan balik positif yang kuat, yang berarti semakin banyak perintah beli dikeluarkan ketika harga naik, dan sebaliknya, semakin banyak perintah jual dikeluarkan ketika harga mulai menurun.
Strategi perdagangan program lain yang dikenal sebagai portfolio insurance juga diyakini menjadi salah satu faktor kunci di balik Black Monday.
Strategi ini bertujuan untuk melindungi portofolio saham dari risiko pasar dengan melakukan short-selling pada kontrak berjangka indeks saham, sehingga potensi kerugian dapat dibatasi jika harga saham mengalami penurunan, tanpa perlu menjual saham yang dimiliki.
Namun, program komputer mulai melikuidasi saham secara otomatis ketika target kerugian tertentu tercapai, yang justru mendorong harga semakin rendah. Hal ini kemudian menciptakan efek domino, di mana pasar yang terus menurun memicu lebih banyak perintah stop-loss, sementara tawaran untuk membeli saham menghilang dari pasar.
Situasi ini diperparah dengan adanya fenomena triple witching yang terjadi pada tanggal 16 Oktober, hari Jumat sebelum kejatuhan. Triple witching merupakan kedaluwarsa serentak dari kontrak opsi saham, kontrak berjangka indeks saham, dan kontrak opsi indeks saham, yang mengakibatkan volatilitas yang sangat tinggi pada jam-jam terakhir perdagangan hari Jumat, dengan aksi jual besar-besaran yang terus berlanjut setelah jam perdagangan reguler berakhir.
Terakhir, iklim politik internasional yang tidak menentu juga turut membuat para investor merasa gelisah. Peran media dalam memperkuat perkembangan ini juga tidak luput dari kritik.
Meskipun terdapat berbagai teori yang mencoba menjelaskan penyebab pasti kejatuhan tersebut, sebagian besar analis sepakat bahwa kepanikan massal menjadi faktor utama yang mempercepat dan memperburuk situasi. Begitu penurunan harga saham dimulai, para investor terus melakukan penjualan tanpa henti.
Baca Juga: Kadin: Sustainability Jadi Kunci Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
KOMENTAR