Namun, tidak semua gunung berapi meletus dengan cara yang sama. Beberapa meletus secara eksplosif—seperti Gunung Pinatubo pada tahun 1991—sementara yang lain mengeluarkan aliran lava perlahan, seperti aktivitas Gunung Kilauea di Hawaii pada tahun 2018.
Perbedaan ini bergantung pada komposisi magma di bawah permukaan. Magma yang lebih cair memungkinkan gas keluar dengan mudah, menghasilkan aliran lava yang lebih tenang, sementara magma yang lebih kental menjebak gas hingga tekanan meningkat dan akhirnya meletus dengan dahsyat.
Lantas, mengapa gunung berapi meletus? Bagaimana sebenarnya gunung berapi terbentuk? Apa saja bahaya dari gunung berapi? Bisakah kita memprediksi letusannya? Dan manakah letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah yang pernah mengguncang dunia?
Penyebab Gunung Berapi Meletus
Gunung api meletus terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung api terbentuk.
Hasil letusan gunung berapi berupa: gas vulkanik, lava dan aliran pasir serta batu panas, lahar, tanah longsor, gempa bumi, abu letusan, awan panas. Letusannya yang membawa abu dan batu dapat menyembur dengan keras hingga sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km.
Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar hingga sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.
Gunung berapi biasanya menunjukkan tanda-tanda sebelum meletus, sehingga sangat penting bagi para ilmuwan untuk memantau aktivitas gunung berapi yang berada di dekat pemukiman penduduk.
Beberapa tanda peringatan yang umum meliputi gempa kecil, pembengkakan atau perubahan bentuk lereng gunung, serta peningkatan emisi gas dari kawah. Meskipun tanda-tanda ini tidak selalu berarti letusan akan terjadi dalam waktu dekat, mereka dapat membantu ilmuwan menilai kondisi gunung berapi ketika tekanan magma meningkat.
Namun, hingga saat ini tidak ada cara pasti untuk menentukan kapan tepatnya sebuah gunung berapi akan meletus, atau bahkan apakah letusan benar-benar akan terjadi. Gunung berapi tidak beroperasi seperti jadwal kereta api yang bisa diprediksi.
Ini berarti tidak ada gunung yang "telat" meletus, meskipun sering muncul berita yang menyebut suatu gunung "sudah waktunya" untuk erupsi. Setiap gunung memiliki siklusnya sendiri, dan letusan hanya terjadi ketika kondisi geologisnya benar-benar mendukung.
Baca Juga: Menjawab secara Ilmiah: Mengapa Ada Gunung Berapi dan Tidak Berapi?
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR