Nationalgeographic.co.id—Raja Henry VIII dikenal telah menikah 6 kali selama hidupnya. Bukan rahasia lagi bahwa menikahi Henry VIII merupakan sebuah bencana.
Pada tahun 1538, Henry VIII tengah mencari istri keempat, dengan harapan dapat melangsungkan pernikahan diplomatik dengan seorang wanita dari istana bangsawan Eropa. Di sisi lain, ia khawatir bahwa pernikahan diplomatik juga bisa berarti menikahi seorang wanita yang tidak disukainya.
Untuk mengatasi hal ini, ia mengirim salah satu seniman istananya yang paling terkemuka untuk melukis calon istri. Para seniman itu pun membawa potret mereka kembali ke Inggris untuk dipilih oleh Raja.
Meninggalnya Istri Kesayangan Henry VIII
Henry VIII telah tercatat dalam sejarah karena banyaknya pernikahan yang pernah dijalaninya. Ironisnya, semua pernikahan itu berakhir buruk. Istri ketiganya, Jane Seymour, adalah istri kesayangannya.
Ia tetap menjadikan Jane sebagai istri kesayangan dan paling dicintainya hingga kematiannya. Henry VIII bahkan menangisi kepergian Jane Seymour di hari-hari terakhirnya.
Jane adalah ratu yang memberinya pewaris takhta yang telah lama ditunggu-tunggu, calon Raja Edward VI. Namun, sayangnya, Jane meninggal tak lama setelah kelahiran sang pangeran.
Kematian Jane membuat Henry VIII terpukul. Sesuai adat, ia tidak boleh menghadiri pemakaman, yang berlangsung di Katedral St. Paul di London.
Henry VIII berduka atas kehilangan Jane selama berminggu-minggu sebelum pindah ke Whitechapel untuk kembali menjalankan tugasnya sebagai raja. Meskipun kembali bekerja, ia tentu saja sangat terpukul.
Setelah Jane Seymour meninggal, Inggris tidak memiliki Ratu. Seorang pewaris adalah berita yang luar biasa bagi Henry VIII.
Ia tahu lebih dari siapa pun bahwa ia membutuhkan lebih dari seorang putra untuk menjamin kelanjutan dinasti Tudor. Ia sendiri tidak pernah dicalonkan menjadi raja. Henry VIII baru menjadi raja setelah kematian kakak laki-lakinya.
Baca Juga: Bagaimana Pernikahan Henry VIII dan Anne Boleyn Picu Reformasi Agama di Inggris?
“Mencari ratu baru adalah masalah kerajaan,” tulis Kerigan Pickett di laman The Collector. Para penasihat Henry VIII mendesaknya untuk mempertimbangkan seorang pengantin asing dari salah satu dari berbagai istana di daratan Eropa.
Henry VIII pun setuju bahwa Inggris membutuhkan ratu baru. Dan seorang pengantin wanita asing dapat menyediakan aliansi Protestan bagi Inggris.
Henry khawatir jika ia menikah karena alasan diplomatik, istrinya mungkin tidak menarik. Untuk meredakan kekhawatirannya, ia memutuskan untuk mengirim salah satu senimannya yang paling tepercaya ke berbagai kerajaan di Eropa.
Para seniman dipercaya untuk merekam kecantikan calon istri serealistis mungkin. Mereka kemudian membawa karyanya kembali ke Inggris sehingga raja dapat melihat pilihannya. Hans Holbein adalah orang yang tepat untuk pekerjaan itu.
Pada tahun 1538, Holbein berlayar ke Brussels untuk bertemu dengan putri Denmark, Christina dari Denmark. Christina adalah seorang gadis berusia 16 tahun, yang dikenal sebagai wanita cantik di kalangan bangsawan Eropa.
Ia baru saja menjadi janda setelah kematian suami pertamanya, Francis II, Adipati Milan. Lamaran pernikahan pun membanjiri, termasuk dari Raja Inggris Henry VIII.
Lamaran Henry dipertimbangkan, tetapi tidak disukai oleh Christina maupun bibi dan walinya, Mary dari Hungaria. Rupanya tindakan Henry VIII di masa lalu telah memberinya reputasi yang membuat calon pengantin dan wali mereka waspada.
Para duta besar Henry VIII mengetahui reputasinya. Meski demikian, mereka tetap berusaha merayu Christina. Mereka bahkan menghujani karakter raja mereka dengan pujian saat berada di Brussels.
Christina pasti memiliki keraguan yang kuat tentang pernikahan itu. Ia konon menertawakan komentar tentang karakter teladan raja. Ia diduga mengatakan, “Jika saya memiliki dua kepala, saya akan dengan senang hati memberikan satu untuk Raja Inggris.”
Namun kutipan ini sangat diperdebatkan dan kemungkinan merupakan legenda yang dibuat setelah kematiannya. Pada kenyataannya, Christina dikenal karena kesopanannya dan digambarkan hanya memiliki sedikit kata.
Sketsa Persiapan
Potret Christina dari Denmark tidak dibuat di Brussels. Tercatat dalam sumber-sumber kontemporer bahwa Holbein hanya duduk bersama Christina selama 3 jam. Ia membuat sketsa persiapan untuk dibawa kembali ke Inggris, yang kemudian dapat diubahnya menjadi lukisan berskala besar.
Sekembalinya ke Inggris, Henry VIII diberi sketsa persiapan. Reaksinya pasti sangat melegakan bagi Holbein. Henry berseri-seri karena gembira saat melihat gambar wanita yang kelak bisa menjadi istrinya.
Ia begitu terkesan dengan gambar tersebut sehingga ia segera memesan lukisan Christina seukuran manusia. Setelah menerima lukisan tersebut, ia menjadi sangat gembira sehingga ia memerintahkan para musisi istana untuk bermain musik sepanjang hari. Ia menyimpan gambar persiapan dan lukisan yang telah selesai selama sisa hidupnya, sehingga ia dapat selalu memandangi kecantikannya.
Gambar persiapan tersebut sudah tidak ada lagi. Tapi kita memiliki banyak gambar lain yang dibuat oleh Holbein yang dapat memberi kita gambaran tentang seperti apa gambar-gambar itu.
Potret Anne dari Cleves
Henry VIII akhirnya menerima berita bahwa Christina dari Denmark tidak akan menikahinya. Setelah itu, ia mengirim Holbein kembali ke daratan Eropa untuk melukis kandidat baru.
Kali ini, ia tidak kembali ke istana Mary dari Hungaria tetapi ke Cleves di Jerman. Di sana, ia harus melukis para saudari bangsawan, Anne dan Amalia dari Cleves, seakurat mungkin. Lukisan potret Anne sudah diedarkan di seluruh Eropa dan Henry VIII sendiri telah melihatnya.
Ia merasa lukisan-lukisan itu tidak memuaskan dan meminta Holbein untuk melukisnya. Tujuannya agar ia bisa mendapatkan gambaran yang akurat dan dapat dipercaya tentang para saudari itu.
Ketika Holbein tiba di Cleves, ia mendapati Anne tidak berpendidikan dan kaku, tetapi tetaplah seorang wanita yang berbudi luhur.
Untuk menutupi kekurangan kecantikannya yang menonjol, Holbein perlu menunjukkan kelebihannya sebagai calon ratu dengan cara lain. Untuk melakukan ini, ia berfokus pada detail-detail halus pakaiannya. Holbein memberinya tampilan yang megah dan mewah yang akan menarik perhatian raja untuk menganggapnya menarik.
Holbein tahu bahwa kariernya di Inggris bergantung pada kepercayaan raja kepadanya. “Kehilangan kepercayaan itu berarti kehilangan pekerjaannya, atau lebih buruk lagi, hidupnya,” tambah Pickett.
Holbein perlu melukisnya seakurat mungkin sambil membuatnya menarik di mata raja. Cara terbaik baginya untuk mencapai kedua tujuan tersebut adalah dengan berfokus pada pakaiannya. Ia harus membuatnya tampak secanggih dan seanggun mungkin.
Holbein melukisnya dalam posisi menghadap ke depan. Dan bukan pose setengah berputar standar yang digunakan dalam potret pada saat itu. Permata menghiasi pakaiannya. Lehernya dibalut kalung.
Anne mengenakan tudung kepala yang elegan di atas rambutnya. Kualitas-kualitas ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada raja potensinya sebagai seorang pengantin dan tatu.
Henry VIII dan Anne dari Cleves
Negosiasi visual Holbein membuahkan hasil dan Henry VIII memilih Anne dari Cleves sebagai istri keempatnya. Persiapan pernikahan pun dimulai dan Anne berangkat ke Inggris pada akhir tahun 1539.
Ada rencana untuk menyambutnya secara resmi di London. Namun raja ingin bersikap sopan dan datang kepadanya dengan menyamar untuk menguji apakah pasangan itu benar-benar cinta sejati. Ketika raja yang setengah baya itu tiba tiba-tiba mengenakan topeng, ia mencoba menciumnya.
Tidak mengherankan, ia menolaknya karena perilakunya, tanpa menyadari bahwa pria yang ditolaknya adalah calon suaminya dan Raja Inggris. Setelah kejadian ini, raja memutuskan bahwa ia tidak menyukai istri barunya dan mengeluh kepada para sahabatnya tentangnya.
Selama berbulan-bulan para penasihatnya berbicara tentang Anne dari Cleves dengan sangat baik. Raja berkomentar, “Saya tidak melihat apa pun pada wanita ini seperti yang dilaporkan para pria tentangnya.”
Ia marah kepada para penasihatnya dan Holbein atas situasi yang dialaminya. Sudah terlambat untuk membatalkan pernikahan. Pasalnya, pernikahan itu akan menyegel aliansi antara Inggris dan Cleves.
Demi aliansi itu, Anne melakukan perjalanan yang sulit dan mahal ke Inggris. Bila dibatalkan bisa berarti munculnya pembalasan politik dari Cleves.
Pernikahan itu berlangsung pada tanggal 6 Januari 1540. Henry kesal dengan istri barunya dan tidak pernah berhubungan seks.
Pada bulan Juli tahun yang sama, pernikahan itu dibatalkan sehingga ia dapat mengejar istri kelimanya, Catherine Howard. Istri barunya itu masih remaja.
Dalam upaya meredakan kemarahan saudara laki-laki Anne di Cleves, Henry VIII mengangkat Anne sebagai saudara perempuan resminya di istana. Dalam peran ini, Anne akan menjadi wanita berpangkat tertinggi di Inggris selain ratu dan putri-putrinya.
Karena Anne dengan sukarela menyetujui perceraian, Henry mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan menghadiahkan Anne beberapa properti dan tanah. Termasuk Kastil Hever di Kent, rumah masa kecil istri keduanya, Anne Boleyn.
Banyak sejarawan percaya bahwa Anne dari Cleves adalah istri Henry VIII yang paling beruntung. Ia bersedia untuk menerima perceraian yang memberinya kehidupan mewah dan status di Inggris tanpa bahaya menjadi istri Henry VIII.
Perlu dicatat bahwa Anne terkadang berkomentar secara pribadi bahwa dia seharusnya menjadi ratu. Namun ia tidak pernah mempermasalahkannya dan tampak puas untuk melakukan perintah raja dengan tetap menjadi saudara perempuan resminya.
Holbein tidak lagi disukai raja tetapi tetap tinggal di Inggris sebagai seniman istana resmi. Banyak sejarawan seni percaya bahwa fakta bahwa raja tidak menyingkirkannya dari istana berarti potret Anne karya Holbein akurat. Bahkan setelah raja berubah pikiran tentang Anne setelah pertemuan pertama mereka yang canggung.
Holbein merupakan bagian integral dari sejarah Inggris pada masa Tudor. Potret Christina dari Denmark dan Anne dari Cleves masih ada untuk dikagumi hingga saat ini. Seperti yang dilakukan Henry VIII berabad-abad yang lalu.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR